Tuesday, October 03, 2006


Catatan awal (sebuah pengakuan dan do'a)
SEPULUH HARI DALAM DIMENSI RAHMAT-MU


Tuhan, …
Baru saja kemaren aku melewati tahap awal dari sebuah dimensi ruang dan waktu, dimana telah Kau buka pintu 'arasy-Mu, lalu pada waktu yang sama Kau turunkan salju rahmat-Mu, dengan begitu derasnya.
Tapi sungguh tak disangka, di mana-mana masih banyak pula para hamba yang acuh tak memperdulikannya, bahkan mungkin termasuk aku.
Aku ini serasa masih tak pantas menjadi hamba-Mu, namun kemana lagi aku mencari tuan, sungguh tak ada yang lebih pantas dari-Mu untuk aku jadikan sesembahan sekaligus labuhan harapan.
Bagaimana bisa aku termasuk hamba yang syakur,… sementara aku terus menikmati berbagai macam bentuk karunia-Mu, tapi aku belum bisa mensyukurinya.

Sementara pula aku terus mengharap rahmat-Mu, tapi aku masih enggan dan malas untuk mengetuk pintu-Mu, mendatangi rumah-Mu.
Dan sementara aku masih butuh bernaung di bawah langit-Mu, tapi aku pun masih belum mampu meninggalkan perbuatan maksiat kepada-Mu. Kakiku, masih membutuhkan hamparan bumi-Mu untuk pijakan langkahku.

Aku akui dengan segenap hati, aku tak mungkin bisa hidup tanpa rizqi dari-Mu, aku tak mungkin bisa mengelak dari naungan langit-Mu, aku tak mungkin lepas dari penglihatan-Mu. Aku dho'if di hadapan-Mu. Maka untuk itu Ya Robb,….
jangan engkau tinggalkan aku dari kasih sayang-Mu,
janganlah Engkau putuskan aku dari rizqi-Mu,
jangan Engkau jauhkan aku dari bimbingan petunjuk-Mu,
jangan pula Engkau usir aku pergi dari kolom langit_Mu. Sungguh aku tak mampu. Dan aku hanya akan menjadi sampah tanpa ilmu-Mu. Ya Rabb….rengkuhlah aku selalu dalam cinta kasih-Mu!

Sekali lagi aku yakin, bahwa "Aura Rahmat-Mu itu lebih dahsyat dari maksiatku, lebih besar dari malasku, sehingga paling tidak, sedikit demi sedikit pancaran cahya-Mu itu telah menerobos masuk ke setiap relung hatiku yang beku. Dan kali ini, lelehan hati itupun menjelma menjadi butiran-butiran kecil air mata, yang ku harapkan mampu membasahi seluruh anggota tubuh yang ada di bawahnya, supaya ikut merasa, menyadarkan semuanya".

Dan esok, tahap dimensi baru-Mu hendak Kau buka, dan ini tentu lebih agung dari sebelumnya. Pintu maghfiroh-Mu hendak Kau buka, dan untuk kesekian kalinya Kau tawarkan pada setiap hamba. Akankah aku dan mereka akan berlomba untuk mengetuk dan permisi meminta masuk, atau mereka akan membiarkannya kosong tanpa ada nama tertera di papan pintu-Nya, atas nama para"mustaghfirin"??? Semoga kita semua senantiasa mendapatkan rahmat kasih sayang-Nya, sebagai bekal untuk meraih Maghfirah-Nya juga penyelamatan-Nya dari api neraka...Amiin. Wallahu a'alam...
Gerbangtiga, 10 romadhon 1427 H

0 Komentar: