Akibat TIDUR Di Dekat Peralatan Elektronik, SIMON Menderita Leukimia!

Wednesday, November 08, 2006

Denise dan Ray Studholme kehilangan Simon setelah pindah rumah

Rumah yang kita tinggali memang memberikan perlindungan dan kenyamanan. Akan tetapi, rumah bisa juga berpotensi menjadi sumber gangguan bagi kesehatan kita. Bahkan kalau gangguan itu berlangsung lama, bisa mengancam kesehatan kita.

Gangguan terhadap rumah di antaranya datang dari dua macam sumber polusi.
Pertama, polusi yang dikeluarkan unsur-unsur kimia dari bahan bangunan rumah. Misalnya bahan pembasmi serangga, cat, bahan-bahan finishing yang berasal dari bahan-bahan kimia anorganik. Polusi tidak hanya berlangsung pada saat pengecatan, tetapi juga sepanjang keberadaan rumah kita. Bahan-bahan seperti plywood, pipa-pipa PVC, permadani dengan bahan sintetis, juga berpotensi "memancarkan polusi kimia

Kedua, polusi yang datang dari unsur-unsur elektromagnetik yang dikeluarkan perlengkapan listrik dan elektronik yang kita pergunakan. Mulai dari yang kecil hingga yang besar seperti hair dryer, microwave oven, pencukur rambut elektronis, alat penyedot debu, bor listrik, alarm, hingga saluran listrik tegangan tinggi dan menara antena transmisi televisi.

Tak banyak yang menyadari, peralatan elektronik yang ada dalam lingkungannya sehari-hari itu mengeluarkan gelombang elektromagnetik. Orang biasanya baru menyadari, saat muncul serangan kanker, leukimia, atau bayi lahir dalam kondisi cacat.

Paparan gelombang elektromagnetik yang berlangsung terus-menerus, memang dapat mempengaruhi sistem sel tubuh sehingga terjadi pertumbuhan sel yang menyimpang.

Pengalaman mengenaskan berkaitan radiasi elektromagnetik menimpa keluarga asal Inggris Denise dan Ray Studholme yang kehilangan anak laki-lakinya setelah pindah rumah.

Keduanya yakin, Simon meninggal akibat tidur terlalu dekat dengan peralatan elektronik.

Alkisah, Januari 1989, Ray dan Denise pindah ke bungalow impian mereka di Little Lever, Bolton, Inggris.

Kurang dari empat tahun kemudian, anak laki-laki mereka yang berusia 13 tahun meninggal setelah berjuang cukup lama melawan penyakit leukimia yang dideritanya.

Ayahnya, Ray, berceritera hanya dalam waktu enam bulan setelah pindah, Simon mengeluh sakit kepala dan pusing-pusing.

"Dia bilang rasanya seperti ada orang yang memukuli kepalanya kuat-kuat."

November 1990, Simon didiganosa menderita leukimia, dan diwajibakn menjalani terapi kemoterapi.

Ini seperti hukuman mati bagi anak seusianya --apalagi tingkat kematian akibat penyakit ini diantara anak-anak yang lebih tua usianya sangat tinggi.

Beberapa bulan kemudian, kondisinya terlihat membaik, ia bahkan kembali bersekolah seperti biasa.

Sayangnya, Mei 1992, Simon jatuh sakit lagi.

"Sejak itu, hidupnya seperti di neraka. Dia mengalami penderitaan dan kesakitan teramat sangat. Kami melihat dan merasakan dia sekarat di depan kami," kata Ray. Ia ingat pernah mengatakan tinggal di dekat pemancar listrik dan ada sejumlah tiang listrik di sekitar tempat tinggalnya-- tetapi dokter mengabaikan informasi tersebut dan menyarankan Ray tetap konsentrasi pada kesembuhan anaknya.

Simon, akhirnya meninggal 19 September 1992. Keluarga Studholme pun mulai bertanya-tanya apakah gelombang elektromagnetik yang menjadi sumber gangguan kesehatan anak laki-lakinya selama ini?

Mereka kemudian mengadakan uji coba, terutama di sekitar tempat tidur Simon. Hasilnya sungguh mengejutkan, ditemukan medan elektromagnetik begitu tinggi di sana --bukan dari peralatan listrik di luar rumah --tetapi justru dari alarm anti maling dan meteran lsitrik yang berada di samping tempat tidur Simon.

"Sampai hari ini, saya dan istri saya yakin, gelombang elektromagnetik itulah yang menyebabkan Simon menderita leukimia."

Karenanya, mereka berusaha memperingatkan keluarga lainnya agar berhati-hati meletakkan peralatan listrik di sekitar tempat tidur anak-anak mereka.

Bulan Maret 2004 lalu, keluarga Studholmes mencoba menggugat perusahaan penyelia yang memasang peralatan listrik di rumahnya ke pengadilan, namun mereka diberitahu kasus itu akan gagal.

Saat ini, yang bisa dilakukan Denise dan Ray hanyalah melakukan tindakan pencegahan.

Mereka membuang alarm anti maling dari rumah mereka, dan tak seorangpun anak-anak yang lain boleh tidur di kamar tidur Simon.

Setiap malam, Ray juga memastikan keluarganya selalu mematikan sebagian besar peralatan listrik di rumah mereka.

"Kami berusaha melakukan apapun yang bisa kami lakukan. Kalau ada yang bisa kami lakukan untuk mengembalikan Simon kepada kami, saya akan melakukannya," kata Ray.

"Tetapi itu tidak mungkin..," lanjutnya sedih. (zrp/BBC)

1 Komentar:

Anonymous said...

ya ampyuun, ternyata keadaan yang paling lemah itu disaat kita merasa diri kita paling aman yah.

salam kenal dari Vini