Catatan Ujian 6 – Ikhtitam – Sebuah Pelajaran Hidup

Saturday, January 27, 2007

Alhamdulillah...alhamdulillah tsumma alhamdulillah....!!!
Hanya katakata itulah yang kini serasa amat pantas dan tepat untuk aku ucapkan, berkalikali, berulangkali. Tentu sebagai rasa syukur, atas segala karunia yang selalu berdatangan melebihi apa yang terbayangkan. Betapa banyak pelajaran yang aku dapatkan selama musim ujian termin ini. Mulai dari harga mahal sebuah waktu, disiplin dan keteraturan hidup, hingga pada pengaruh seorang teman dan sahabat, terlebih adalah makna dan kekuatan sebuah support.

Musim ujian adalah masamasa dimana waktu terasa begitu berharga. Posisinya seakan naik ke puncak singgasana. Penghargaan atas waktu, terkadang melebihi penghargaan atas diri sendiri dan hakhak atas tubuh. Siang-malam, pagi-sore, tiada waktu yang nampak terbuang siasia. Dan hanya orangorang yang berani dan mungkin ‘bebal’ saja yang masih suka menelantarkan waktu di masamasa ujian. Rasa takut dalam menghadapi ujian, terkadang (untuk tidak mengatakan selalu) adalah lebih baik dari pada terlalu PeDe lalu nyantai-nyantai dan terkadang lalai untuk lebih membaca, meneliti, dan menekuni materi demi materi.

Ungkapan di atas adalah lebih tepat sebagai gambaran dalam konteks musim ujian di Mesir atau kalangan Masisir (Mahasiswa Indonesia di Mesir). Karena musim-musim ujian di Mesir, terkadang menjadi momok tersendiri bagi sebagian Mahasiswa. Yang jelas gambaran atas penghargaan waktu ini akan lebih nampak kontras kita lihat pada masa-masa ujian. Nah, pelajaran yang saat ini ingin aku tadabburi kembali adalah firman Allah dalam surat al-‘Ashr ayat 1-3.

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, mengerjakan amal-amal saleh, nasehat-menasehati dalam mena’ati kebenaran, dan nasehat-menasehati dalam menetapi kesabaran” (Q.S al-‘Ashr; 1-3)

Maka amat sangat rugilah orang-orang yang tidak bisa memanfa’atkan waktu dan sisa nafas yang ada untuk dapat menorehkan bakti. Adanya penyesalan bertempat dibelakang sebenarnya adalah merupakan ‘hukuman’ dari kelalaian itu sendiri, di samping kegagalan, dan kerugian yang secara bersamaan menyertainya. Cukup 3 ayat, namun penafsirannya akan menghabiskan seumur hayat. Karena Waktu.

Disiplin dan keteraturan hidup. Itulah yang juga aku rasakan dalam masamasa ujian. Belajar teratur, makan juga ‘agak’ teratur, dan pada saat yang sama ibadah juga semakin teratur dari harihari biasa. Semoga ujian kali ini benarbenar bisa menjadi awal yang baik untuk mengawali diri membina dan menerapkan keteraturan hidup dalam menjalani sisasisa umur di dunia. Dan semoga Sang Pemilik waktu senantiasa meberikan penerangan dalam setiap jalan yang akan tertempuh.

Belajar atau usaha, makan teratur diselingi sedikit olahraga, dan ibadah yang khusyu’ nan disokong do’a, adalah sub-sub sistem yang jika bekerja dan beroperasi secara bersamaan akan menghasilkan sinergi unik dan menakjubkan. Itu adalah gambaran dari sinergi otak-jasad-dan ruh yang mutual. Hasilnya adalah tawazun atau keseimbangan yang menghasilkan kesinambungan fungsi untuk mendapatkan hasil optimal. demikianlah kekuatan dan energi yang terdapat dari dalam diri.

Sementara teman, support, dan dukungan do’a serta ridho dari orang tua adalah unsur eks penting yang tidak kalah pengaruhnya terhadap hasil. Masa-masa ujian biasanya adalah masa-masa kokoh jiwa, kuat dan bersih. Karena dalam ujian, manusia cenderung ‘berserah’, tanpa mengurangi usaha dan selalu berdo’a. Sungguh ujian kali ini adalah masa terindah yang penuh kejutan. Walaupun persiapan kali ini relatif pas-pasan, namun banyak pelajaran dan hal-hal baru yang turut berseliweran. Turut menambah keaneka ragaman warna, menambah lengkapnya rasa dan mengokohkan jiwa.

“Teman, kawan, dan sahabat, adalah perhiasan mahal yang senantiasa akan memperindah setiap lembar kehidupan”.

Maka sekali lagi aku berdo’a; semoga ujian kali ini, yang bertepatan dengan diawalinya tahun baru masehi dan juga hijriy, betul-betul bisa menjadi permulaan yang baik untuk membenahi diri, sebagai bekal menghadapi medan ujian demi ujian selanjutnya. “Tentu setiap perjalanan akan menjadi lebih mudah dengan bantuan kompas”. Dan kerja yang terarah akan relatif lebih menampakkan gambaran hasil. Entah kapan ‘garis finish’ itu akan tercapai. Namun yang lebih penting adalah meyusun, dan mempersiapkan langkah-langkah untuk dapat sampai ke finish, dalam kondisi yang ‘salim’ atau selamat.

Yup, sekaranglah waktunya untuk segera menata niat, meluruskan orientasi dan menata kembali langkah-langkah yang selama ini masih berserakan. Semoga hari esok akan lebih bermakna dari hari ini, dan hari ini adalah pelajaran berharga untuk menjemput esok. Bismillah...la haula wala quwwata illa billah...!!!(diracik at gerbangtiga, 27 jan ’07)

6 Komentar:

Anonymous said...

ya, keberhasilan seseorang bisa dilihat dari cara dia menggunakan waktunya untuk hal-hal yang bermanfaat.

Semoga.

Sabdapena said...

Setuju pak!
"waktu ibarat pedang. Barang siapa yang tidak bisa menghentikan dan mengendalikannya, maka ia akan ditebas dan dipotong oleh pedang itu sendiri". sudah tepatkah pepatah itu?? ato bahkan bukan hanya itu, dan masih banyak lagi sekiranya yang lebih sakti dan ganas dari itu??!.
entahlah...yang jelas bahwa "TUhan pun telah bersumpah atas nama beberapa waktu", mahluknya. Mari kita tafsirkan masing-masing...

putri said...

Semoga sukses...

Sabdapena said...

makasih ya mr. putri yang dah bersedia mampir dan ngasih comment. makasih juga untuk do'anya...

nashoong said...

alhamdulillah.. Sukses terus ya ka.. Jangan lupa salat.. :)

Sabdapena said...

Makasih ya inasha do'anya...
insya Allah gak akan lupa Salat ko'...
kamu juga yang rajin yah...!!:)