Kala Cinta Menarik Jarak!!??

Sunday, February 11, 2007

Dahulu, ketika kita masih bersama, saling berdekatan ruang satu dengan yang lainnya, aku pernah menulis sepucuk puisi. Saat itu memang belum saatnya aku labuhkan. karena isinya hanyalah luapan hati yang saat itu sebenarnya telah aku rasakan, namun sengaja masih aku sembunyikan. Puisi itu berjudul;
"Cinta Menarik Jarak"...


-
Tiada satir penghalang
Tiada halilintar menyambar awan, hujan, lalu membanjiri daratan
Bumi masih tetap utuh, walau beberapa bagian telah goncang
Langitpun belum runtuh,
tapi mata begitu saja lumpuh,
kala bayangmu semakin dekat.
Sementara hati tak mampu menolak rindu,
kala ragamu mulai menjauh dariku.
Jarak terhampar,
antara aku dan kamu...
Tapi sudahlah, ..tak apa-apa!!
Itu adalah bias cinta. adapun dermaga..?
aku hanya butuh waktu
untuk dapat berlabuh
cukup satu yang ku pinta
bersabarlah!!
itu saja...!(03/4/2004)
-
Puisi itu aku tulis ketika perasaanku berkata; tatkala cinta jutru menarik jarak. Waktu itu, tafsiranku tentang "Cinta Menarik Jarak "; adalah bukan menarik jarak yang jauh menjadi semakin dekat. Namun justru sebaliknya. yang sebenarnya dekat, karena cinta yang membuncah, sementara tak ada kekuatan lidah untuk berbicara, hanya diam, terpendam, maka pada waktu itulah aku merasakan; bahwa jarakku yang dekat dengannya justru terasa jauh. Pertemuan adalah hal terindah yang aku inginkan kala itu.Tapi justru ketika telah dekat, hanya malu dan membisu seribu bahasa. Entahlah...apakah aku memang pemalu, atau penakut, atau pengecut, atau apalah yang lebih tepat...???

Sementara saat ini, judul itu, kandungan puisi itu, aku rasakan justru berbalik arah. "Cinta Menarik Jarak" telah benar-benar menarik jarak, yang sesungguhnya jauh, seakan tetap dekat. Walaupun perpisahan raga dalam jarak ruang dan waktu sudah tak terelakkan, namun keterikatan batin dan jiwa tetap mendekatkan. Hal itu ternyata diilhami dari sebuah kejujuran, pengertian, dan kesepahaman. Tatkala dua hati bertemu dan saling mengeja makna dalam untaian kata-kata pengakuan. akhirnya tumbuh sebuah kebenaran atas kesatuan cinta di antara kita. Waktu telah menjawab semuanya. Bahwa kita telah tertakdir untuk mempunyai satu rasa, 'cinta'.

4 Komentar:

putri said...

hihi... lagi jatuh cinta ya saat nulis puisinya?

:D

Sabdapena said...

hehehe...tau aja Mba' Putri ini. kayae sih emang gitu, dulu pas nulis mungkin aku sedang jatuh cinta. Tapi seingatku sih dulu aku masih belom yakin dengan perasaanku. ya jadinya cuma dalam bentuk tulisan gitu dech, sebagai curahan hati....hehehe:D

Anonymous said...

haduuh ...
yg lagi jatuh cinta rek rek...
he he he
Suroboyo banget ya
perasaan itu hanya perlu dinikmati kok Luth... sedih senang gembira, duka... pada akhirnya segala sesuatu itu akan indah di waktunya...
he he he :D

Sabdapena said...

yee...apa seh mba'.jadi maluu...udah dari dulu lagi jatuh cintanya. njih mba', enjih...emang kok, akupun berusaha menikmati segala apa yang sudah ada dan aku punya saat ini. ceilee....sok bijaksana ya aku ini..weks..!