Dalam Sepertiga Dimensi Ramadhan yang Pertama

Monday, October 01, 2007

Aku adalah manusia yang beraneka warna
Terkadang hitam, terkadang putih
Terkadang abu-abu, terkadang hijau, terkadang merah
Terkadang cerah seperti siang yang berderang,
terkadang gelap, pekat, seperti malam yang ditinggal sang rembulan.

Aku berlari mencari terang, sekuat tenaga
Namun aku terperangkap gelap yang menjerumuskanku ke lembah nista
Sudah aku rancang program-program menuju cahaya
Namun nafsuku masih begitu kuat dan liar mengobrak-abriknya
Dan aku pecah, retak tak jelas warna
Tak serupa bentuk
Apakah aku masih menjadi manusia?

Dalam cerahnya siang aku justru terpejam
Kalaupun terjaga, akupun tak bersigegas menata diri dan hati untuk menyambut kelahiran rembulan.
Dalam gelapnya malam lagi-lagi aku terpejam
Kalaupun terjaga aku tak bersegera mengetuk pintu langit
Menelusuri ‘arasy kelapangan yang menawarkan semburat kasih sayang
Menjelajahi dunia gelap yang di baliknya menghadirkan terang
Guna mengambil mutiara-mutiara abadi untuk bekal kembali ke sebuah ketiadaan
Ohh…duhai Sang pemegang siang dan pengendali malam
Aku sungguh lalai atas apa yang telah Engkau ajarkan.
Dunia-Mu telah mengaburkan pandanganku akan nilai-nilai
Gemerlap ciptaan alam raya-Mu membuatku terperanga lalu terhipnotis untuk begitu mengejarnya, mencintainya, dan mencumbuinya setiap waktu.
Hingga aku meninggalkan-MU, melupakan hak-Mu untuk kusembah, melalaikan kewajibanku untuk menyembah dan beribadah.

Ohh…sungguh dunia yang Engkau cipta fana begitu menggiurkan hati manusia
Dimensi fatamorgana yang engkau hadirkan sungguh menarik nafsu manusia
hingga mereka mabuk lupa daratan
berhijrah ke ruang hampa udara
dalam ektase yang sementara.

Aku adalah Abdi-Mu
Yang terkadang membangkang,congkak dan menolak kebijakan-kebijakan-Mu
Tatkala aku dirundung pilu, ketika aku dihinggapi sendu
Karena aku tak menginginkan pilu, karena aku tak mau sendu
Yang ku mau hanya satu;
Agar Kau turuti semua permintaanku, kau halalkan segala lakuku.

Ohh…manusia….
Manus-manus penuh dosa
Yang kamu bisa hanya meminta
Yang kamu mau hanya bahagia
Tidakkah engkau ingat; bahkan para nabi pun disiksa, diuji dan dianiaya
Bahkan Muhammad sang pemimpin para nabi pun telah dicaci bak penyihir gadungan yang menawarkan keahlian.
Maka jangan sekali-kali kau menginginkan sorga tanpa melalui ujian demi ujian
Yang harus kau tempuh adalah jalan berliku, terjal dan menyesakkan
Seperti labirin yang menakutkan.

Ooh….Tuhan Yang Maha Penyayang!
Aku adalah abdi-Mu yang hilang
Aku adalah pembangkang
Aku hanya mau senang.
Dan karena aku adalah manusia
Maka aku takkan malu berapologi di depan-Mu,
Bukankah cinta-Mu lebih besar dari sekedar benciku
Bukankan rahmat-Mu lebih agung dari kealpaanku menjalankan tuntunan-MU
Dan bukankah ampunan-Mu lebih luas dari dosa-dosaku.
Aku hanya manusia
Yang masih labil dipermainkan dunia
Sementara istiqamah masih jauh di ujung cakrawala
Entah sampai kapan aku akan menemukannya
Untuk aku tukar dengan Ridha, cinta, dan ampunan-Mu…

Tuhanku…
Dalam dimensi rahmat-Mu
Aku datang, pasrah dan berserah…
Mengantarkan segudang salah
Agar Kau bimbing aku ke jalan yang terarah
Menyambut dimensi ampunan-MU
Menanti penyelamatan-Mu
Dari Jahannam yang seram.
-Musallast, 16 September 2007, 11.06

1 Komentar:

elchecago said...

itulah om...namanya kita manusia; dosa dan kawan-kawannya berada, bukan malaikat yang diciptakan bukan untuk berdosa.