Munajat Kaum Puisi

Tuesday, December 11, 2007


Pada suatu malam yang cerah, dimana langit terlihat begitu bersih; tanpa rembulan, tanpa bintang-bintang, mungkin karena para malaikat, peri, dan ruh-ruh para nabi turun ke bumi, sekelompok anak manusia yang menamakan diri mereka para penganyam kata berkumpul di sebuah halaman terbuka beralaskan sahara. Tujuan perkumpulan itu tiada lain adalah untuk memanjatkan do’a, meminta apa yang bisa diminta, kepada Dzat yang selalu siap untuk diminta, demi kemakmuran dunia.

Karena mereka terdiri dari berbagai tingkatan umur, seluruh yang hadir bersepakat sang penyair tertua diberikan kesempatan untuk memimpin do’a. Dan sejurus kemudian, sepp…. ! suasana menjadi hening, sunyi. Masing-masing mereka terdiam berkonsentrasi untuk menyimak dan mengamini munajat kaum puisi. Pernafasan pun mereka atur sebaik mungkin agar bisa khusyuk memanjatkan puja-puji. Dan, seett….

Bismillahirrahmanirrahim…
Dengan menyebut asma-Mu ya Allah Yang Maha Penyayang
Demi kekuasaan-Mu yang telah menitahkan pena untuk berfirman
Sungguh manusia telah tunduk di bawah katakata-Mu
Mereka berprilaku atas pondasi katakata-Mu
Mereka masuk sorga karena patuh atas katakata-Mu
Mereka masuk neraka karena ingkar atas katakata-Mu

Maka, kami adalah hamba kata-Mu
Yang meminta sedikit katakata-Mu
Untuk mewujudkan katakata baru
Yang mungkin lebih bisa diserap oleh para hamba
Melalui sajak sejuta makna
Mengurai rahasia
Menyibak tabir
Mengungkap hikmah di balik dimensi kata

Tuhan,…jikalau katakata-Mu tak kan habis walau dituliskan dengan tinta air laut yang maha luas,
Kami meminta ilham sedikit katakata-Mu
Untuk mewujudkan perdamaian dan kasih sayang
Amin.
(Gerbangtiga, Akhir Ramadhan 1428 H)

0 Komentar: