Musim Dingin Memuncak; Mesir Semakin Mencekam

Friday, February 01, 2008


Serasa Fir’aun kembali datang membawa titah setan menggoncang ketentraman. Ia yang telah lama mati seakan pergi menyisakan benci. Bumi para nabi kini kembali ternodai. Barangkali yang tersisa hanya sejarah. Kemegahan Mesir dengan segala kekayaan peradabannya. Keberanian Musa beserta para pengikutnya menyelamatkan manusia dari kebinasaan. Tatkala bayi laki-laki lahir disembelih dan yang perempuan dibiarkan hidup untuk dihina dan dicaci. Betapa beribu hati menangis darah menyaksikan kebiadaban itu. Namun mereka tak punya kuasa untuk melawan. Yang ada hanya air mata para ibu melihat darah dagingnya dikorbankan akibat keserakahan. Tuhan Maha Adil dan Bijaksana. Janji-Nya untuk mengangkat derajat para hamba yang sebelumnya ditindas telah betul ditepati. Kaum tertindas itu lalu mewarisi bumi (baca: QS. Al-Qashash: 5). Dan Fir’aun beserta para budaknya tenggelam dilumat gelombang.

Sejak itu sejarah baru mulai terukir. Bumi yang banyak dijejaki telapak suci para nabi memancarkan barokahnya. Pusat peradaban, gudang ilmu, tempat di mana manusia dari berbagai penjuru hilir-mudik mengaisi bias-bias sinarnya. Mereka mendatanginya berharap memperoleh pencerahan. Lalu memboyongnya ke tanah air masing-masing untuk ditularkan kepada sanak-saudara, kerabat dan masyarakat. Ya, dan hingga kini aura itu masih sebegitu dahsyat memikat hati para pecinta ilmu. Daya magnit yang melekati kutub-kutubnya masih amat kuat menariki minat para penjelajah.

Dan sehingga aku sendiripun turut hanyut dalam pikat rayuannya. Diriku tertarik daya magnitnya hingga terdampar di antara dua kutubnya. Ooohh ... Musa - Fir’aun, Harun - Samiri, Zulaikha – Cleopatra, Sorga – Neraka. Aku berada di bumi mereka semua. Aku berdiri di antara bayang sejarah mereka semua. Inikah warisan mereka semua?. Semuanya lestari bak kokohnya Piramida. Yang baik lestari, yang buruk apalagi. Jelmaan Musa, Harun, Yusuf, Sholih, Khidzir tercerminkan dalam kearifan ‘Alim ‘Ulamanya. Dan Fir’aun, Samiri beserta seluruh hawarinya masih mengilhami sebagian penduduknya. Kerakusan dan ketamakan mereka menurun di benak sebagian penguasa. Penyiksaan, penganiayaan, ketidakadilan, fitnah, dengki, menjadi bumbu sehari-hari dalam aktifitas penduduk pribumi.
…… ◊□◊ ……

Kini musim dingin semakin dingin. Gerimis dan kabut tak jarang menyelimuti hari. Gelap sedari pagi hingga petang. Sinar matahari tak sampai ke bumi. Apalagi malam. Jalan-jalan sepi dan lengang. Dan dalam kegelapan semua yang buruk mulai terjadi. Kasus demi kasus terjadi secara bergantian dengan motif yang berbeda-beda. Pencopetan, pencurian, penodongan, perampokan dan teror terjadi silih berganti. Terkadang satu minggu sekali, terkadang setiap hari. Tidak pagi, tidak siang, tidak petang, tidak tengah malam. Kejadian demi kejadian yang menjadikan suasana semakin mencekam. Korban demi korban yang menambah kegusaran hati dan kekacauan fikiran. Karena kebanyakan mereka adalah mahasiswa asing, terlebih mahasiswa Indonesia. Saudara sebangsa dan setanah air.

Menurut beberapa informasi yang sempat tercatat, baik yang aku dengar melalui kabar atau yang aku saksikan secara langsung, dalam beberapa waktu terakhir ini minimal ada 7 hingga sepuluh kasis yang menimpa mahasiswa Indonesia di Mesir. Pertama aku mencatat bahwa pada hari Kamis (17/1/08), apartemen kontrakan sejumlah mahasiswi Indonesia (Tepatnya di Swessri B Building 94 lantai dasar) sengaja dibakar oleh sekelompok pemuda Mesir (yang belum jelas motifnya apa) pada sekitar pukul 23.00 CLT. Namun untungnya kebakaran itu baru sampai pada bagian balkon belakang hingga akhirnya salah seorang mereka terbangun dan melihat kebakaran itu lalu mereka memadamkannya.

Kedua, belum genap satu minggu, pada tanggal (23/1/08) kontrakan sejumlah mahasiswa Indonesia yang berada di lantai 3 apartemen di kawasan Bawwabah 2 Hay Asyir, yang kebetulan adalah sekretariat Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM) Gontor Mesir kemalingan 5 ponsel beserta sejumlah uang pada tengah malam antara pukul 01.00 – 02.00 CLT. Sementara beberapa waktu sebelumnya, sekretariat Senat Fakultas Syari’ah wal Qanun yang terletak di Kawasan Gami’ juga sempat kebobolan.

Ketiga, tepat satu minggu setelah kasus pertama di atas, yaitu pada hari Kamis (24/1/08) kontrakan mahasiswi Indonesia yang sama (pada kasus pertama) kembali mendapatkan teror sekitar pukul 20.00 CLT, yaitu kaca jendela dapur mereka dilempar dengan baru selama beberapa kali sehingga pecah. Keempat, pada malam selanjutnya (25/1/08) kaca jendela dapur mereka terpaksa semakin hancur setelah dilempar lagi dengan batu. Kelima, dan malam selanjutnya pun (26/1/08) kebakaran kembali terjadi di kontrakan yang sama, yaitu di area balkon (seperti kasus pertama) pada sekitar pukul 18.30 CLT yang dilakukan oleh sekelompok pemuda Mesir (yang sekali lagi belum jelas motif mereka). Maka pada malam itu juga (26/1/08), atas kesepakatan bersama antara Presiden Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir beserta anggota rumah kontrakan itu, mereka segera pindah berpencar dan meninggalkan rumah itu mengingat kondisi keamanan yang semakin membahayakan dan tidak bisa dikontrol.

Keenam, masih pada malam yang sama (26/1/08), Presiden PPMI beserta Wakilnya dan dua anggota Dewan Keamanan dan Ketertiban Mahasiswa (DKKM-PPMI) mencoba mencari keterangan tentang kemungkinan pelaku teror itu kepada beberapa pemuda Mesir yang saat itu sedang nongkrong-nongkrong di area sekitar apartemen. Selidik punya selidik, ternyata mereka adalah para penadah narkoba yang ditubuhnya terselip benda tajam. Presiden beserta beberapa kawannya tetap mencoba mendekati mereka untuk mencari informasi dengan dalih ingin melakukan transaksi. Namun sayangnya mereka seakan mencium gelagat itu dan akhirnya justru memancing Presiden beserta beberapa kawannya menuju ke sebuah lokasi sepi yang berada agak jauh dari apartemen kejadian kebakaran. Dan di sana Presiden beserta beberapa kawannya tadi justru dikeroyok dan dipukuli oleh gerombolan mereka yang berjumlah lebih dari 20 orang hingga ada yang babak belur.

Ketujuh, pada hari Ahad malam (27/1/08) aksi penodongan kembali terjadi di daerah sekitar Suq Sayyarat (Pasar Mobil) Hay Asyir pada salah seorang mahasiswa Indonesia. Ia ditodong dengan pisau dan dipaksa untuk menyerahkan sejumlah uang dan ponselnya. Namun karena kebetulan ia bisa silat, ketika sedang digeledah ia berhasil melawan hingga pemuda Mesir tadi terjatuh kemudian ia lari mencari bantuan. Setelah mendatangi sekretariat DKKM, ia berencana untuk kembali ke lokasi kejadia dengan seorang kawan yang di belakang mereka sudah bersiap beberapa mahasiswa Indonesia lainnya. Ternyata pemuda Mesir yang tadi menodongnya masih nekad juga untuk melancarkan aksi kedua kalinya. Walhasil ketika ia mau menodong lagi, beberapa mahasiswa Indonesia telah siap dan langsung menangkapnya hingga akhirnya kasus ini ditangani oleh pihak kepolisian Mesir.

Singkat cerita, selama beberapa bulan terakhir ini Kairo (khususnya kawasan Hay Asyir, Nasr City) emmang cukup rawan. Dan sebetulnya sederet kejadian lainnya juga telah terjadi berulang kali sebelum bulan Januari. Maka dari itu, berbagai pihak termasuk PPMI dan KBRI Kairo terus menyerukan untuk selalu waspada kapan pun dan dimanapun berada. Dari beberapa kejadian ini tentunya cukup berpengaruh pada iklim belajar Mahasiswa Indonesia Mesir (Masisir) yang semakin tidak aman dan nyaman. Namun kita semua berharap dan berdo’a, semoga kasus-kasus itu dapak segera terselesaikan dan keadaan kembali normal. Tentunya dengan adanya kerjasama yang baik antara berbagai pihak yang berwenang dalam hal ini. ”Ternyata, watak-watak Fir’aun masih juga turun temurun dan diwarisi oleh beberapa penduduk bumi piramida. Maka semoga dengan masih bermunculannya Fir’aun-fir’aun baru, tetap akan bermunculan pula Musa-Musa baru yang mampu menaklukkannya. Amiin!”.[]
_Kairo, 28 Januari 2008_

0 Komentar: