Krisis Tauladan

Monday, March 24, 2008

Seiring perjalanan waktu yang kian menyeret manusia ke dalam lingkaran globalisasi, mereka dihadapkan pada sebuah tantangan besar: mampu beradaptasi atau tersingkir lalu mati. Di saat dunia gemerlapan dalam kemewahannya yang fatamorgana, kini manusia justru dihadapkan pada krisis multidimensional. Krisis ekonomi, krisis politik, krisis kepercayaan dan krisis-krisis yang lain, terutama krisis akhlak dan suri tauladan.

Pada zaman ini, tatkala cahaya surya semakin memanas, bumi pun mulai meleleh. Kabut gunung gelap lekat mulai turun ke permukaan mengelilingi kebenaran. Angin bertiup kawankan debu menghantam mata kaburkan pandangan. Dunia silau satu pilihan; kebenaran-kebathilan campur baur tanpa perbedaan. Kali ini manusia sungguh dipermainkan.

Akibat berbagai terpaan krisis multidimensional itu, manusia banyak yang berbalik arah. Kali ini, manusia terpelanting jauh dari ajaran-ajaran agama. Akhlak tak lagi mulia, norma tak lagi dijaga, dan manusia mengejar apa yang ingin mereka kejar dengan menghalalkan segala cara. Ohh... zaman apa ini, dan kenapa pula dengan manusia-manusianya? Apakah mereka telah lupa dengan akhirat? Apakah mereka telah hilang pegangan, sehingga tak tau arah mana yang akan ditempuh?

Wahai saudaraku, Tuhan Yang Maha Bijaksana telah mengutus kepada kita seorang Rasul yang mulia. Ia datang dengan membawa cahaya kurang lebih 15 abad yang lalu. Ia diutus untuk menyampaikan risalah suci, mengeluarkan manusia dari lembah kenistaan menuju istana abadi melalui ilmu dan akhlak. Maka semenjak diutus, ia secara seksama penuh kesabaran yang tiada tara telah menggembleng manusia dengan perbaikan-perbaikan moral sebagaimana termaktub dalam sabdanya:

« إنما بعثت لأتمّم مكارم الأخلاق ... »
"sesungguhnya, tidaklah aku diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlak"...

Dan dalam kitab suci al-Qur'an, Allah Swt. secara tegas berfirman dalam surat at-Taubah ayat 128:

لقد جآءكم رسول من أنفسكم عزيز عليه ما عنتم حريص عليكم بالمؤمنين رؤوف رحيم

Artinya: "Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat rasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas-kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin" (Q.S. at-Taubah: 128).

Kawan... tidakkah cukup Nabi Muhammad Saw. menggunakan harf Qashr yang berfaidah hashr di awal sabdanya? Bahwa ia sejatinya tidak diutus ke muka bumi ini kecuali untuk menyempurnakan akhlak manusia sehingga mereka menjadi lebih beradab! Dan kurang jelas bagaimana Allah menggambarkan sifat mulia Nabi dalam firmannya tadi; seorang Rasul telah diutus dari bani Adam kepada segenap bani Adam untuk mengajarkan apa yang sepantasnya dilakukan oleh bani Adam dalam kehidupan dunia. Ia yang akan merasa menderita ketika umatnya menderita. Yang ia inginkan tiada lain hanyalah keselamatan umatnya yang senantiasa ia dakwahi dengan penuh kasih sayang dan kelembutan rasa. Lalu bagaimanakah kita saat ini?

Sebuah pertanyaan besar, apakah kita telah mampu mencontohnya, dan menjadikannya idola nomer 1 sebagai suri tauladan dalam segenap lini kehidupan? Bagaimana kabar akhlak kita? Apakah masih kokoh sebagaimana yang diajarkan Nabi, atau sudah runtuh diterpa angin westernisasi?

Kawan, sebelum kita terlalu jauh melenceng dari ajaran kitab suci, marilah kita kembali merenungi dan mentadaburi segenap isi dan kandungannya. Sehingga kita mampu menyelamatkan diri dari lembah kegelapan; krisis tauladan dan kemerosotan budi. Simaklah sebuah ayat cinta dari Tuhan, yang mendorong kita mengambil suri tauladan dari Rasul-Nya, karena akhlaknya tiada lain adalah representasi ajaran al-Qur'an. Ia laksana al-Qur'an hidup yang berjalan di antara kerumunan manusia untuk memberikan contoh prilaku yang benar:

لقد كان لكم في رسول الله أسوة حسنة لمن كان يرجو الله واليوم الآخر وذكر الله كثيرا

Artinya: "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut asma Allah" (Q.S. al-Ahzâb: 21).

Sungguh tiada idola lain yang pantas kita idolakan di dunia ini kecuali Nabi. Tiada suri tauladan yang lebih mulia di muka bumi ini selain Nabi. Maka sebagai manusia yang mengakui bahwa kita adalah umatnya, marilah kita sama-sama mencoba untuk ber`itba' kepadanya. Yaitu dengan memupuk cinta yang dalam kepadanya, sehingga setelah ada cinta, kita pun akan merasa ringan dan nyaman untuk melaksanakan apa yang diinginkan oleh yang dicinta.

Bulan ini adalah bulan agung di mana dahulu ia dilahirkan, Muhammad sang suri tauladan. Maka puisi salamku kuhaturkan kepadamu;

يا نبى سلام عليك ... يا رسول سلام عليك
يا حبيب سلام عليك ... صلوات الله عليك

0 Komentar: