Refleksi HUT RI dan Ultah Luthfie

Tuesday, August 19, 2008


HUT RI ke-63 ini rasanya sepi. Entahlah. Tak seperti biasanya. Kairo tak begitu ramai dengan berbagai aktivitas penyambutan hari kemerdekaan Indonesia. Sebenarnya KBRI juga membentuk panitia khusus menyambut HUT kali ini. Mereka menggelar beberapa perlombaan, baik yang bersifat massif, atau perorangan; seperti lomba karya tulis populer,dll. Namun entah karena apa, aku sendiri merasa biasa-biasa saja.Seperti tak ada yang Istimewa pada perayaan hari bersejarah bagi seluruh warga Indonesia itu.

Tak hanya HUT RI yang sepi. Harlahku sendiripun sunyi senyap tak berwarna. Tak ada apa-apa. Ya meskipun aku tetap bersyukur, sebab masih ada beberapa kawan yang mengingat hari itu, ada yang mengirim ucapan selamat dan do'a lewat SMS serta ada juga yang lewat Comment di FS. Itu semua aku syukuri bahwa masih ada orang-orang yang perhatian di sekelilingku. Sebenere yang membuat aku agak sedih tak datang dari luar diriku, tapi justru dari dalam diriku. Ingin rasanya aku mengajak teman-teman untuk sekedar makan-makan kecil. Meskipun tanpa kue dan lilin, asal ada kebersamaan itu sudah cukup. Ahh, tapi kesibukan dan tugas ini-itu nampaknya belum bisa diajak kompromi, sehingga membuat aku sibuk dengan urusanku sendiri.

Bulan-bulan ini emang lagi masa-masanya "kanker" bronkitis. Ekonomi lagi kacau (ceile,..kaya apa aja make bahasa ekonomi segala..:p). Sebenere jika aku tidak menggantikan seorang teman untuk tamasya ke Hurghada, mungkin masih ada sisa uang untuk beli makan-makan di hari jadiku kemarin. Tapi, bagaimana lagi, benar-benar tak ada budget untuk itu. Ah, tak perlu kusesali lagi. Toh apalah arti sebuah Ulang tahun. Yang paling penting, meskipun tak ada acara apapun, momen Ultah tetep aku jadikan kesempatan untuk evaluasi diri, guna memperbaiki langkah ke depan. Setidaknya agar lebih baik dan bermanfaat dari hari-hari sebelumnya.

Ya, Aku sudah 22 tahun mengarungi kehidupan ini. Semoga Tuhan masih berkenan memberikan umur panjang yang manfaat dan barakah. Semoga sisa nafas ini mampu kugunakan untuk melakukan hal-hal yang lebih bermakna, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Aku hanya bisa merenung. Aku hanya bisa merasakan. Aku hanya mampu mentadabburi, anugrah sebuah kemerdekaan, sekaligus sebuah kehidupan. Semoga kemerdekaan hakiki Indonesia akan benar-benar terwujud, entah kapan. Semoga aku juga bisa merdeka, merdeka dari hawa nafsu, merdeka dari ego, merdeka dari apa saja, kecuali dari Tuhan Sang Pencipta.

Cairo, 20 Agustus 2008, pukul 02.59

0 Komentar: