RITUAL PECINTA GAGAL ?

Sunday, November 16, 2008


Sudah dua minggu lebih aku menjalani ritual ini. Sebuah ritual yang kujalani sendiri, diam-diam, tak diketahui orang lain di sekelilingku. Aku memang tak mau mereka tahu. Aku tak mau mereka tahu kalo aku sedang sedih. Sebab jika mereka tahu aku sedih mereka juga akan turut bersedih, minimal mereka tak nyaman menyaksikanku yang sedang terpuruk. Aku baru benar-benar merasakan bahwa kekuatan cinta tak hanya berpotensi membangun, tapi juga menghancurkan. Jika selama kurang lebih 3 tahun aku merasakan kekuatan cinta yang membangun, menopang dan menguatkan, kini aku merasakan cinta berbalik menyerang, mendobrak dan menghancurkanku berkeping-keping.

Pada awalnya aku berdalih bahwa ritual semacam ini bersifat normal. Yaitu sebagaimana yang dialami banyak orang ketika sedang patah hati. Oleh sebab itu, lagi-lagi waktu dua minggu ini aku tempuh dalam keadaan gontai. Jalanku tak tentu arah, bagai orang linglung, meskipun linglungku ini tak separah linglung seorang temanku ketika diputus oleh pacarnya. Namun secara jujur aku mengakui dan menyadari bahwa dalam tenggat waktu dua minggu ini ada perubahan psikis dalam diriku. Semacam rasa marah, rasa tak terima, meskipun pada waktu yang sama ada suara lain yang membisiku untuk bersikap dewasa dan menerima realita.

Waktu berjalan, terus berjalan tanpa henti. Aku masih belum tegak. Masih gontai, meskipun sedikit demi sedikit aku mencoba berdiri, menatap mentari yang selalu tersenyum di pagi hari. Membuatku malu. Mendorongku tuk terus berpacu. Aku tak boleh kalah hanya karena “cinta”. Oh, fikirku terus menerobos ke alam-alam yang masih begitu asing, mencoba mencari jawaban dan ketetapan. Siapa tahu hatiku bisa memperoleh tenang, menerima segala coba’an dengan segenap keridho’an.

Sesekali aku menangis, memang. Hanya dalam hati, tak sampai menitikkan air mata. Aku malu. Terutama pada Tuhanku. Sebab ketika berdosa saja aku tak menangis, bagaimana hanya karena cinta aku menangis. Memalukan! Aku mengutuki diriku sendiri. Mungkin dengan cara seperti ini aku bisa tersadar dan segera kembali ke alam yang terang. Ya, aku harus segera keluar dari kubangan ini. Sebuah lembah suram yang kubuat sendiri. Aku harus kembali berdiri, berlari mengejar mimpi. Mimpiku, mimpi kedua orang tuaku, mimpi kakek-nenekku, mimpi saudara-saudaraku.

Lalu akupun tersadar, bahwa menyembah sesuatu yang sementara pasti umurnya juga sementara. Akupun tersadar, bahwa cinta yang hakiki adalah cinta Sang Maha Pecinta. Ialah Tuhan yang akan selalu menerima cinta hamba-Nya dengan balasan cinta pula. Berbeda dengan manusia, yang tak jarang membalas cinta dengan benci, membalas sayang dengan ancaman dan membalas ketulusan dengan tuduhan. Aku menjadi semakin yakin, bahwa konsekuensi dari kesementaraan adalah kefanaan. Maka jika kita terlalu mementingkan dan memuja hal-hal yang sementara, niscaya ia hanya bersifat sementara. Ah, cinta manusia, bukankah itu hanya sementara? Akupun belum tahu, masihkah rasa cinta manusia di dunia kepada sesamanya akan terus terbawa hingga ke sorga?

Kini, aku hanya bisa berdo’a sembari berniat, semoga ke depan aku tak lagi tersesat di lorong cinta. Semoga aku bisa menjadikan episode ini sebagai pelajaran terbaik guna meretas hari esok. Semoga aku mampu menjalani hidup ini dengan cinta dan kasih sayang. Aku tak akan kapok untuk jatuh cinta lagi, dan aku tak akan takut terjatuh kembali. Sebab semuanya hanya misteri ilahi yang harus dijalani. Namun, semoga aku tak mengalami patah hati lagi. Sebab rasanya sakit tak terperi. Meski itu akan hilang bersama hari, namun bekas lukanya akan tetap ada. Walau sudah kering.[]

Cairo, Awal Musim Dingin, 16 November 2008.

3 Komentar:

Anonymous said...

Hem....jadi terharu.he
yups!setuju kawan, cinta sejati hanya untuk Sang creator cinta.
Ttp smngat aja
nice read

Sabdapena said...

wah, makasih Le for Komen..
mohon maaf jika membuatmu terharu,
tapi tenang, awan kesedihan itu kini sedikit-demi sedikit telah hilang.
hanya menanti waktu,
untuk kembali terang secerah mentari di musim panas..

MisSane TalenTisT said...

Deuh Lumpii,,sabar yah! masih banyak yang menanti:D