Nabi dan Yatim Piatu

Thursday, December 04, 2008

Oleh: Mohammad Luthfi al-Anshori

Berbicara tentang yatim piatu, kita tentu teringat akan baginda nabi Muhammad SAW. Sejak masih di dalam kandungan beliau sudah menerima takdir sebagai yatim. Lalu ketika berusia 6 tahun ia genap menjadi yatim piatu. Namun, bukan berarti lantaran hal tersebut sang Nabi menjadi lemah. Justru sebaliknya, ia menjadi pribadi yang kuat nan kokoh.

Allah SWT berfirman: “Bukankah Dia (Allah) mendapatimu (Muhammad) dalam keadaan yatim, lalu Dia melindungi(mu)” (QS. Al-Dluhâ [93]: 6).

Secara tidak langsung, ayat di atas adalah jaminan dari Allah SWT terhadap kehidupan Nabi. Meskipun tak ada figur ayah dan ibu yang mengasuhnya, namun justru Allah sendirilah yang secara langsung membimbing dan mengarahkannya. Adakah seorang pembimbing yang lebih baik dari Allah! “Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang tersesat, lalu Dia memberikan petunjuk” (QS. Al-Dluhâ [93]: 7).

Lalu apakah rahasia di balik skenario Tuhan yang menjadikan Nabi yatim piatu? Di antaranya adalah untuk memberi contoh kepada segenap manusia, bahwa seseorang yang berstatus yatim piatu sekalipun pantang menyerah dan berputus asa. Jika ada yang mengatakan bahwa yatim piatu, miskin dan hidup serba kekurangan adalah penghalang bagi seseorang untuk dapat mencapai derajat tertinggi, maka Nabi Muhammad adalah bukti bahwa pendapat itu salah. Bukankah pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik! (QS. Al-Ahzâb [33]: 21).

Yatim piatu sesungguhnya merupakan ujian berat dari Allah terhadap para hamba-Nya. Jika bisa bersabar dan mampu berjiwa besar, ia akan naik derajat di sisi-Nya. Sehingga, terhadap orang-orang yang tidak yatim piatu, Allah mewanti-wanti agar tidak menghina ataupun menindas mereka. “Maka terhadap anak yatim janganlah engkau bertindak sewenang-wenang” (QS. Al-Dluhâ [93]: 9).

Sebaliknya, Allah SWT memerintahkan kepada setiap manusia agar menyantuni anak yatim serta fakir miskin (QS. Al-Balad [90]: 13-16). Begitu juga Rasulullah SAW pernah bersabda: “Sesungguhnya, aku dan penyantun anak yatim berada di surga seperti ini! (Rasulullah kemudian -memberikan isyarat dengan- menunjukkan jari tengah dan jari telunjuknya) (HR. Sahl bin Sa’d dalam Shahih Bukhari). Dari hadits ini kita dapat membayangkan betapa dekat posisi Nabi dan para penyantun anak yatim kelak di surga.

Walhasil, dari uraian di atas sekurangnya kita bisa memetik 3 poin penting. Pertama, senantiasa meneladani Rasulullah dalam segala aspek kehidupan. Kedua, seandainya kita ditakdirkan sebagai yatim harus senantiasa sabar, tawakkal dan terus berjuang menuju titik kemuliaan. Ketiga, para penyantun anak yatim akan mendapatkan surga dan berada dekat dengan Nabi Muhammad SAW. Wallâhu a’lam![]

0 Komentar: