Mawar Merah Politik

Saturday, March 07, 2009


Aku masih saja berjalan ketika orang-orang tengah sibuk berebut recehan.
Aku terus menatap ke depan tatkala mereka berpaling kiri dan kanan mencari suapan.
Aku terus melangkah tertuju sebuah gedung lalu ingin kutemui petinggi-petinggi mahasiswa.
Meski pesimis aku bermimpi mereka masih punya nurani dan jatidiri.
Merah-kuning-hijau telah memenuhi sepanjang jalan tertempuh.
Gambar-lambang-simbol bertengger saling beradu menendang menjengkal dalam kibaran bendera warna-warni.
Setahuku hanya dua warna yang semenjak masa hidup kakek-nenekku dulu diperjuangkan.
Namun kini nampaknya mereka bosan sehingga memilih warna-warna lain yang lebih gemerlapan.

Dan aku terus saja berjalan...
tak kuhiraukan hiruk pikuk teriakan mereka yang berseru mengajak ke warna ini dan itu.
mereka seperti telah menemukan simbol lain yang patut diperjuangkan.
Lalu bagaimana dengan nasib Garuda?
Adakah bendera-bendera itu lebih gagah dari sang
saka!?

Di setiap persimpangan aku menemukan pos-pos berlambang.
Ada yang binatang ada yang tumbuhan hingga bulan gemintang.
Dan aku semakin keheranan, ketika kudapati para mahasiswa telah berganti seragam.
Ohh... masih adakah di sana, mereka yang tetap merah-putih?
Aku terus saja berjalan sembari berdo'a, agar aku masih menemukan mereka, para mahasiswa!

Langkah semakin kupercepat sebab waktu pertarungan warna-warna itu telah dekat.
Demikian pula jarakku dengan gedung yang kutuju semakin rapat.
Dan sekonyong-koyong aku terperanjat,...
sesampai di gedung itu, masing-masing telah memegang mawar merah, yang tentu saja, lengkap dengan durinya!

Oh, betapa cilaka!
Mereka telah terlena indah pesona warna-warna.[]

Cairo; Musallats, 8 Maret 2009

2 Komentar:

Nihaya said...

Jan jan jan... perlu berapa meter ya kira2 untuk paham what it means...
Hmmm, Great!

Nihaya said...

Jan jan jan... perlu berapa meter ya kira2 untuk paham what it means...
Hmmm, Great!