PEMILU DUKA*

Thursday, April 02, 2009


Bumi pertiwi gegap gempita,
Tak hanya karena benderabendera berwarna yang memenuhi jalanan dan kota,
banjir bandang, longsor, gempa dan awan duka,
menyelimuti langit nusantara.

Di simpulsimpul kota hingga desa,
para panitia Pemilu bersibuk ria,
mengurus kartu suara.
Di istana negara para raja bertengger sambil menggarukgaruk kepala,
memikirkan strategi apa hendak dicipta untuk menangkan tahta.

Di belahan nusantara lainnya ratusan nyawa terbuang siasia.
Mereka tak punya hak pilih dalam Pemilu,
bahkan hak pilih untuk hidup saja tak ada.
Mereka semua pergi sebelum menentukan pilihan.
Mereka justru dipilih,
mereka telah dipilih oleh Tuhan untuk syahid.
Mereka terpilih untuk menjadi pelajaran bagi yang lain.
Mereka mati untuk mengajarkan kehidupan.

Di belahan bumi para nabi,
aku mendapati kesibukan yang tak biasa,
oleh para mahasiswa yang terlibat dalam panitia pemilu raya.
Mereka bergerak, berfikir, mondar-mandir mencatat namanama.
Mereka berlatih berkhidmah untuk negara,
semoga niat mereka demi kemajuan bangsa.

Di bilik sunyi gedung 93,
aku tak bergerak,
aku hanya mencatat gerak,
berdialog dengan kata dan makna,
bermain dengan aksara,
menuliskan kejadian demi kejadian peristiwa.

Aku bahkan tak bisa berbuat apaapa,
tatkala masa depan bangsa ada di depan mata,
sementara sebagian saudara lainnya menangis lara,
mengiring kepergian keluarga yang hanyut bersama banjir,
kembali ke muara segala muara.
Semoga mereka yang telah pergi,
mendapat kompensasi hak pilih,
hendak masuk surga melalui pintu mana!?
Amin.

_Cairo, 2 April 2009
*Teruntuk para korban tragedi Gintung.
Semoga kalian mati untuk hidup kembali,
dengan hak pilih yang lebih bebas dan beraneka warna!

0 Komentar: