Membaca Kisah Matahari

Thursday, June 25, 2009

Begitu ramai matahari dikeluhkan orang-orang,
sampai-sampai keluhan itu saling bertabrakan di awang-awang,
kilat-kilat putih kekuningan bercipratan menambah kilauan,
menghasilkan asap abu beterbangan,
semakin panaslah bumi di musim yang gersang.

Sementara di tenda kubus aku bercucuran peluh,
membaca kisah matahari yang tangguh.
Terengahku memahami rancangkata yang teguh,
mencari makna agar tak ikut mengeluh.

...

:Kisah matahari membantu bunga menemukan rupa,
tatkala tujuh warna tersiram cahaya,
sehingga bermekarlah penuh pesona;

Kisah matahari menitah rembulan,
meminjamkan cahayanya untuk dipantulkan,
menyinari malam temaram;

Kisah matahari menyiangi lautan,
menerbangkan gelembung air menaiki awan,
lalu berproses menjadi hujan;

Kisah matahari yang tak pernah padam,
menjaga semesta agar tetap terang,
tak ada siang kecuali ia ada,
tak ada malam kecuali rembulan mewakilinya,
gemintangpun berkedip mesra menggodanya,
dalam romantika keserasian alam,
cerminan kuasa Sang Pencipta!
...

Membaca kisah matahari,
tak seperti yang dilukiskan orang-orang,
dalam keluh kesah kehampaan.

Membaca kisah matahari,
mendengar narasi langsung tiap cercah cahayanya,
bertatap mata dengan segenap warna, hujan dan terang,
membuatku teduh meski dalam peluh,
membasuh keluh,
menanam teguh,
dalam kehambaan yang patuh!

Membaca kisah matahari,
mengajariku untuk terus memberi![]

_M. Luthfi al-Anshori
Cairo, 26 Juni 2009, 02.16 AM.

0 Komentar: