Kembali ke Merah-Putih!

Friday, September 28, 2012

Kulihat kini,
ibumu menangis sepi,
menyaksikan drama pilu,
dalam bingkai liar amarahmu.

Kudengar lirih,
suara sendu ibumu,
meratapi sisa waktu,
bersama dentuman dahsyat nafsumu.

Kurekam gerak ibumu,
mencatatkan duka demi duka,
dalam lembar nestapa,
mengapa dan mengapa?

Anakku kini beranjak remaja,
namun mengapa tak semakin dewasa?
Anakku kini mengenyam pendidikan,
namun mengapa tak berperi-kemanusia-an?
Anakku kini mengenal teknologi,
namun mengapa tak berilmu tinggi?

Tangannya beku,
tak mampu lagi menggerakkan jemari,
disergap tanya tanpa koma.
Namun, lidahnya basah
mewiridkan harapan;
kembalilah,
menepi dari jalanan,
tanggalkan jubah kesombongan,
lalu merapat ke halaman-halaman,
tempat di mana sang saka dikibarkan,
lalu heningkan cipta,
temukan kesejatian,
bahwa yang harus kau genggam adalah pena,
bukan belati atau pedang,
bahwa yang harus kau bina bukanlah dendam,
namun persaudaraan dan perdamaian,
bukanlah kebencian yang membuantu maju,
namun kasih sayang dan kebersamaan.

Dia,
Ibu Pertiwimu,
Mengharapkanmu kembali,
ke merah-putih yang sejati,
berani dalam kebenaran,
suci dalam jernih hati yang menentramkan![]
*Solo, 28.09.2012, 22.20 P.M.

Baca Selanjutnya...!...