Elegi sebuah Pertemuan

Tuesday, January 08, 2013

Mengenalmu tak sekedar bertemu,
namun sebuah jawaban kegelisahan,
secercah terang dalam gelapnya kehampaan.
Menemukanmu di sudut waktu,
tak cukup mengurai rindu purbaku,
mendenahkan mimpiku,
lalu memetakan arah lajuku.

Meski,
menjumpaimu dalam jeda yang tak lama,
kau laksana anugrah,
selaksa bahagia yang memenuhi rongga dada;
sebahagia orang yang tersesat menemukan kompas dan peta,
sebahagia tuna netra yang menemukan kembali tongkat penunjuknya,
sebahagia embun menemukan daun yang menampungnya,
sebahagia mufasir yang menemukan makna.

Lalu,
bagaimana aku tidak merasa iba,
melihat bayang hidupku di wajahmu,
sedangkan kau masih ragu.
Bagaimana aku tidak merasa lemah,
jika sepuing tulang rusukku ada padamu,
namun kau terombang-ambing dalam ambigu,
inginkah kau satukan,
atau tetap kau bawa pergi,
sendiri...

Akankah,
kau berniat menjaga asa,
dalam liku jalanmu,
hingga waktu,
menyatukanmu
dalam peta hidupku?

Semoga...[]

*Terangkai di zawiyah sakan, 09.01.2013.

1 Komentar:

Anonymous said...

Your means of describing all in this article is truly pleasant, every
one can without difficulty understand it, Thanks a lot.


Feel free to surf to my website :: smoke stop