Jeda; Singgahlah Sejenak di Kedaiku (Bag. 1)

Sunday, January 06, 2013

Waktu yang terus berjalan, pergantian siang dan malam, mengajarkan kepada manusia tentang arti sebuah gerak. Karena gerak adalah keniscayaan bagi setiap makhluk. Dari gerakan itulah muncul perubahan. Perubahan yang merupakan bukti, bahwa tak ada yang abadi di dunia ini.

Dunia menjadi tanpa koma. Waktu melaju tanpa pernah istirah. Oleh sebab itulah manusia ikut hanyut dalam kesatuan dinamika semesta. Karena bumi, langit dan manusia adalah sama-sama ciptaan-Nya, yang mengikuti alur sistem-sunnah-Nya. Manusia menjadi sibuk dalam ruang atmosfir kebendaan, yang seringkali menjauhkannya dari dahan perenungan. Hal ini membuatnya lupa. Bahkan, ia terhempas jauh dari kesejatiannya sebagai manusia.

Singgahlah sejenak. Engkau adalah musafir yang tak harus terus berjalan. Berhentilah sejenak. Berikan jeda kepada kaki untuk istirahat, rongga dada untuk bernafas lega dan mata untuk memejamkan kelopaknya. Setelah itu, periksalah kembali arah kompasmu, denahkan lagi petamu, dan tengok dahulu bekal perjalananmu selanjutnya.

Singgahlah lagi sejenak. Isi dahulu daya tampung energimu. Redakan kegelisahan. Padamkan kepanikan akan rintangan-rintangan yang kau temui di sepanjang perjalanan. Lalu kau pupuk lagi harapan, perkuat kemauan, bulatkan tekad untuk kembali berjuang. Tentu, keterbatasan umur akan membuatmu selalu ingat dan waspada, untuk terus melaju menuju derajat tertinggimu. Tingkat kemanusiaan dan kehambaan yang hakiki. Martabat kemuliaan yang kan menjadi buah ketulusan, kesabaran, pengorbanan dan keyakinan.

Singgahlah sejenak di kedaiku, dalam jeda waktu secukupnya. Mencicipi manisnya iman, dalam penghayatan kehidupan. Menu-menu penguat jiwa dan penyeka dahaga akan kusajikan. Kesejukan mata dan ketenangan fikiran akan kau rasakan. Dalam damai kau kembali ke fitrahmu. Sebagai yang beriman dan berserah kepada-Nya. Seperti yang disarankan oleh seorang sahabat Rasul yang pemberani nan bijaksana, Mu’adz bin Jabal, dalam sebuah kalimatnya: “ijlis binâ nu`min sâ’ah”(Duduklah bersama kami, kita perbaharui iman sejenak. HR. Bukhari)

Dalam kesehariannya, manusia sering disibukkan dengan berbagai urusan keduniaan. Dan jika dimensi ruhani tidak dipenuhi kebutuhan gizinya, maka akan timpang. Akibatnya, manusia akan hidup dalam kegersangan. Kehampaan jiwa. Karena hanya raga yang menjadi perhatiannya. Maka oleh karenanya manusia butuh persinggahan-persinggahan di sela kesibukannya. Untuk memberi gizi penyeimbang dalam dirinya. Sehingga ia tak lupa akan tujuannya. Bahwa setiap perjalanan pasti ada akhirnya.

Berhenti selangkah untuk menyiapkan seribu langkah selanjutnya. Memberi hak secara adil kepada setiap yang berhak menerimanya. Bahwa kesibukan bukanlah penghalang. Derap langkah kita adalah kekuatan-Nya. Setiap desah nafas kita adalah pinjaman-Nya. Kesempurnaan raga adalah anugerah-Nya. Maka, tak ada alasan untuk tidak singgah sejenak, memperbarui keimanan kepada-Nya. Dalam jamuan alam semesta, di bawah cakrawala.

Mohammad Luthfil Anshori
Solo: [06.01.2013]         

1 Komentar:

Anonymous said...

Hello, I check your new stuff regularly. Your humoristic style is awesome, keep doing what you're doing!

Feel free to visit my site: more info