Di sebuah Lorong Perjalanan Cinta

Sunday, March 30, 2008


I
Mencintaimu bukan sekedar untuk menunggu
Tapi ini sebuah tekad suci
Yang aku jalani sepenuh hati
Demi masa depan, menyongsong kebersamaan
Yang telah lama kita impikan.

II
Telah cukup lama kita telusuri loronglorong sunyi
Dalam kesendirian masingmasing yang sepi
Semuanya berawal dari pilihan
Segalanya dimulai dari keinginan
Untuk menyenangkan hati,
Memenuhi rasa,
Dengan menyatukan cinta.

Dan kini kita t'lah berada di tengah waktu
Dihujam rindu dalam himpitan bayang-banyang semu
Sementara perjalanan masih jauh
Menanyai hati apakah masih teguh?

Permulaan memang memang menawarkan impian & harapan
Namun pertengahan menghadirkan rintangan & cobaan
Sementara di akhir hanya ada dua pilihan; kalah atau menang!

III
Mencintaimu bukan seedar menuggu
Tapi aku ingin bertemu!
Mencintaimu bukan pilihan
Melainkan titah dari Tuhan!
Kalaupun boleh, aku tak akan memilih perjalanan ini,
Yang bagai labirin penuh duri
Sebab yang kuingini adalah pelabuhannya,
Terminal akhir pelaminan kita!!

Cairo, Taman Kanak-Kanak, 29 Maret 2008.

Baca Selanjutnya...!...

Skenario yang bagaimana lagi?

Aku,... Tuhan,... Ujian,...
Ujian apalagi ini?
Aku tak paham!
Tapi ayo,... silahkan!
Aku ikhlas menerimanya,
Walaupun mungkin akan berat dan sakit kurasa,
Tapi ayo,... aku rela, bahkan aku rindu ujian-Mu!
Aku rindu belaian kasih-Mu, yang selalu menegurku,
menuntunku untuk kembali mengingat-Mu
Ayo... bahkan aku ingin Kau uji aku, Tuhan...!
Tapi jangan yang berat-berat, ya...!
Aku takut gak kuat!
Aku kan hanya manusia yang Kau cipta lemah.
Tapi sungguh, terima kasih Kau masih mau mengujiku,
Itu berarti Kau masih sayang padaku,
Memberikan kesempatan padaku untuk naik kelas di sekolah-Mu,
Tapi mungkin juga aku tidak naik,
Maka tolonglah aku sehingga aku bisa lulus dari ujian-Mu,
menjadi juara di hadapan-Mu..!
Ooh... skenario apalagi yang hendak Engkau rancangkan untukku?
Duhai... ujian apalagi yang akan Kau sajikan padaku?
Tuhan,... tolong jangan Kau pisahkan aku dengan sebagian tulang rusukku,...
Sehingga aku menjadi mahluk lemah tak sempurna!!?

Griya Jateng-Kairo, 24 Maret 2008


Baca Selanjutnya...!...

Kebodohan


Tuhan,...
Pada sudut waktu luang aku bergumam tentang bagaimanakah diri gerangan: Aku yang sholat setiap hari namun dalam sholat aku tak khusyu'; paha ayam, sate, kibdah, burger, tuna bakar hingga telor ceplok melintas di benakku, wanita-wanita cantik nan molek menyambangi pelupuk mataku, harta, materi, dan segala jenis problematika dunia membayangiku.

Tuhan,...
Aku yang sedang sembahyang, namun masih kebingungan mencari arah tujuan! Ka'bah yang kau sediakan masih kalah oleh fatamorgana dunia sehingga aku tak mampu istiqomah.
Lalu dalam do'a aku lantunkan beribu permohonan, cita-cita dan tuntutan-tuntutan hak seorang hamba.
Namun bagaimana aku layak menuntut hak jika kewajiban masih belum kutegakkan!?
Aku meminta umur panjang yang penuh berkah, namun setiap detikku masih terbuang murah.
Aku meminta rizqi yang cukup tapi tak mau bergerak, tertelungkup berselimut.
Aku meminta ilmu yang dalam tapi tak mau menimbanya.
Padahal sudah Engkau panjangkan umurku hingga kumampu menuliskan puisi kebodohan ini, menghardik diri sendiri.
Padahal sudah Engkau beri aku karunia-Mu sehingga aku masih bisa makan setiap hari.
Padahal sudah Engkau bekali aku otak untuk dapat menampung barang sepercik samudra ilmu-Mu, namun aku tetap bebal, dungu dan tak tau malu.
Aku hamba-Mu yang hanya bisa meminta tanpa mau berusaha!
Bodoh!!!

Kairo-Mutsallats, 08 Januari 2008

Baca Selanjutnya...!...

Krisis Tauladan

Monday, March 24, 2008

Seiring perjalanan waktu yang kian menyeret manusia ke dalam lingkaran globalisasi, mereka dihadapkan pada sebuah tantangan besar: mampu beradaptasi atau tersingkir lalu mati. Di saat dunia gemerlapan dalam kemewahannya yang fatamorgana, kini manusia justru dihadapkan pada krisis multidimensional. Krisis ekonomi, krisis politik, krisis kepercayaan dan krisis-krisis yang lain, terutama krisis akhlak dan suri tauladan.

Pada zaman ini, tatkala cahaya surya semakin memanas, bumi pun mulai meleleh. Kabut gunung gelap lekat mulai turun ke permukaan mengelilingi kebenaran. Angin bertiup kawankan debu menghantam mata kaburkan pandangan. Dunia silau satu pilihan; kebenaran-kebathilan campur baur tanpa perbedaan. Kali ini manusia sungguh dipermainkan.

Akibat berbagai terpaan krisis multidimensional itu, manusia banyak yang berbalik arah. Kali ini, manusia terpelanting jauh dari ajaran-ajaran agama. Akhlak tak lagi mulia, norma tak lagi dijaga, dan manusia mengejar apa yang ingin mereka kejar dengan menghalalkan segala cara. Ohh... zaman apa ini, dan kenapa pula dengan manusia-manusianya? Apakah mereka telah lupa dengan akhirat? Apakah mereka telah hilang pegangan, sehingga tak tau arah mana yang akan ditempuh?

Wahai saudaraku, Tuhan Yang Maha Bijaksana telah mengutus kepada kita seorang Rasul yang mulia. Ia datang dengan membawa cahaya kurang lebih 15 abad yang lalu. Ia diutus untuk menyampaikan risalah suci, mengeluarkan manusia dari lembah kenistaan menuju istana abadi melalui ilmu dan akhlak. Maka semenjak diutus, ia secara seksama penuh kesabaran yang tiada tara telah menggembleng manusia dengan perbaikan-perbaikan moral sebagaimana termaktub dalam sabdanya:

« إنما بعثت لأتمّم مكارم الأخلاق ... »
"sesungguhnya, tidaklah aku diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlak"...

Dan dalam kitab suci al-Qur'an, Allah Swt. secara tegas berfirman dalam surat at-Taubah ayat 128:

لقد جآءكم رسول من أنفسكم عزيز عليه ما عنتم حريص عليكم بالمؤمنين رؤوف رحيم

Artinya: "Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat rasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas-kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin" (Q.S. at-Taubah: 128).

Kawan... tidakkah cukup Nabi Muhammad Saw. menggunakan harf Qashr yang berfaidah hashr di awal sabdanya? Bahwa ia sejatinya tidak diutus ke muka bumi ini kecuali untuk menyempurnakan akhlak manusia sehingga mereka menjadi lebih beradab! Dan kurang jelas bagaimana Allah menggambarkan sifat mulia Nabi dalam firmannya tadi; seorang Rasul telah diutus dari bani Adam kepada segenap bani Adam untuk mengajarkan apa yang sepantasnya dilakukan oleh bani Adam dalam kehidupan dunia. Ia yang akan merasa menderita ketika umatnya menderita. Yang ia inginkan tiada lain hanyalah keselamatan umatnya yang senantiasa ia dakwahi dengan penuh kasih sayang dan kelembutan rasa. Lalu bagaimanakah kita saat ini?

Sebuah pertanyaan besar, apakah kita telah mampu mencontohnya, dan menjadikannya idola nomer 1 sebagai suri tauladan dalam segenap lini kehidupan? Bagaimana kabar akhlak kita? Apakah masih kokoh sebagaimana yang diajarkan Nabi, atau sudah runtuh diterpa angin westernisasi?

Kawan, sebelum kita terlalu jauh melenceng dari ajaran kitab suci, marilah kita kembali merenungi dan mentadaburi segenap isi dan kandungannya. Sehingga kita mampu menyelamatkan diri dari lembah kegelapan; krisis tauladan dan kemerosotan budi. Simaklah sebuah ayat cinta dari Tuhan, yang mendorong kita mengambil suri tauladan dari Rasul-Nya, karena akhlaknya tiada lain adalah representasi ajaran al-Qur'an. Ia laksana al-Qur'an hidup yang berjalan di antara kerumunan manusia untuk memberikan contoh prilaku yang benar:

لقد كان لكم في رسول الله أسوة حسنة لمن كان يرجو الله واليوم الآخر وذكر الله كثيرا

Artinya: "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut asma Allah" (Q.S. al-Ahzâb: 21).

Sungguh tiada idola lain yang pantas kita idolakan di dunia ini kecuali Nabi. Tiada suri tauladan yang lebih mulia di muka bumi ini selain Nabi. Maka sebagai manusia yang mengakui bahwa kita adalah umatnya, marilah kita sama-sama mencoba untuk ber`itba' kepadanya. Yaitu dengan memupuk cinta yang dalam kepadanya, sehingga setelah ada cinta, kita pun akan merasa ringan dan nyaman untuk melaksanakan apa yang diinginkan oleh yang dicinta.

Bulan ini adalah bulan agung di mana dahulu ia dilahirkan, Muhammad sang suri tauladan. Maka puisi salamku kuhaturkan kepadamu;

يا نبى سلام عليك ... يا رسول سلام عليك
يا حبيب سلام عليك ... صلوات الله عليك

Baca Selanjutnya...!...