Tadabbur Rindu [1]

Wednesday, October 25, 2006

Lebaran ke-2 di Negeri Senja

Sudah dua kali aku melewatkan Ramadhan di negeri ini. Sebuah negeri yang kata orang menyimpan sejuta sejarah dan peradaban. Negeri yang dahulu hingga sekarang terkenal sebagai lumbung ilmu pengetahuan islam. Adalah Mesir, negeri yang dikenal sebagai bumi para nabi. Maka tak ayal lagi jika pesona Ramadhannya begitu membahana dan penuh dengan nuansa ibadah dan ta’abbudiyah.

Lantunan ayat suci al-Qur’an terdengar dimana-mana. Di rumah-rumah, di kantor-kantor, Madrasah-madrasah, Universitas & Perguruan Tinggi, di bus, di halte & terminal, apalagi dimasjid-masjid. Setiap manusia seakan berlomba-lomba untuk mencapai sesuatu yang besar di bulan ini. Sesuatu yang mungkin akan sulit dicapai pada bulan-bulan selainnya. Pasalnya mereka telah tahu, bahwa Allah memang benar-benar membukakan pintu rahmat dan maghfirahnya di bulan ini, seakan pahala telah di obral untuk hamba yang taqwa. Terlebih lagi al-Qur’an, ia diturun pertama kali juga pada bulan ini, yang keberadaannya adalah sebagai kitab pedoman hidup dunia-akhirat, maka nuansa saling berlomba dalam beribadah dan kebaikan sungguh sangat kentara. Yang tak kalah hebatnya bahwa di antara bilangan hari Ramadhan juga terdapat satu hari bernama Lailatul Qadar, dan nampaknya hal ini pulalah yang juga menambah semangat mereka untuk berpuasa, tarawih, witir, tadarrus, dan i’tikaf demi mendapatkan malam seribu bulan tersebut.

Warna-warni lampu dan lampion juga turut menemani, menghiasi dan memperindah suasana Ramadhan di negeri ini. Ma’idaturrahman [hidangan buka bersama] juga banyak digelar di masjid-masjid oleh para dermawan dan muhsinin Mesir. Memang tak tanggung-tanggung dalam mereka menginfaqkan sebagian hartanya, dan caranya juga berbeda-beda. Ada yang lewat badan/instansi struktural, ada juga yang disumbangkan ke masjid-masjid, anak yatim dan ada juga yang diberikan kepada para Mahasiswa asing atau wafidin. Semoga amal kebaikan mereka senantiasa mendapatkan Ridha dari-Nya.

Nuansa Ramadhan di negeri ini memang betul-betul beda dengan negeriku di sebrang sana. Begitu juga suasana Iedul Fitrinya. Jika yang lebih ramai di indonesia adalah pada waktu Iedul Fitri, maka di Mesir justru kesan ramai ada pada hari-hari Ramadhannya. Idul Fitri di sini memberikan kesan sepi dan biasa-biasa saja. Tidak ada budaya halal bi halal dan saling silaturrahmi antar tetangga (sebatas pengetahuanku) seperti halnya di Indonesia yang bisa dipastikan lalu lintas akan tersulap menjadi sangat padat pada hari-hari menjelang Lebaran. Arus mudik tahun demi tahun tidak pernah berkurang bahkan selalu bertambah, semakin padat, semakin macet. Berbagai cara mereka tempuh untuk dapat melewatkan lebaran bersama keluarga dan sanak saudara mereka di kampung halaman tercinta. Begitulah hiruk-pikuk suasana menjelang lebaran di negeri tercinta, Indonesia.

Sudah dua tahun aku melewatkan Ramadhan di negeri senja. Sudah dua kali aku menjalani Idul Fitri tanpa keluarga. Sepi, sepi dah sendiri aku benci [begitulah kata cinta]. Aku kesepian dalam keramaian. Aku rindu membuat petasan seperti halnya dulu aku sering menyiapkannya sendiri bersama adikku ketika menjelang lebaran. Aku juga rindu makan lontong dan ketupat buatan ibu yang khusus disiapkan untuk hidangan lebaran. Tapi tak apalah, namanya juga perjuangan. Toh keberadaanku yang jauh dari mereka semua yang aku cinta juga karena belajar. Dan itu semua pasti ada berkah dan hikmahnya.

Lebaran setahun lalu ibuku menelponku, menangis, pasti setiap kali ibu menelponku pasti menangis. Yah dan aku pun maklum, karena bagaimanapun hati dan karakter seorang ibu memang terdesain untuk pralambang kelembutan dan kasih sayang, terlebih lagi kepada anak-anaknya. Maka tangisan dan tetesan air mata itu adalah hal yang wajar dan bisa sebagai do’a.

Tahun ini ibuku kembali menelponku. Tapi kelihatannya beliau sudah lebih tabah dari sebelumnya. Kali ini beliau sudah tidak menangis lagi, walaupun masih terdengar suara agak parau dari bibirnya ketika berkata; “nak, zakat fitrahmu sudah aku tunaikan di rumah, jadi kalau kamu tidak zakat di sana juga tidak apa-apa”. Habis itu gantian adikku yang bicara. Dia sedikit bercerita tentang kegiatan Camping Dakwah Ramadhannya yang baru saja dilaksanakan pada bulan Ramadhan tahun ini. Lebaran tahun ini bagiku cukup beda dengan tahun sebelumnya. Lebih mengharukan, lebih memprihatinkan.

Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar, walillah al-hamd...
Malam lebaran tahun ini aku mengikuti acara takbiran bareng bersama temen-temen di KSW [Kelompok Study Walisongo], kekeluargaan mahasiswa Jateng di Mesir. Aku cukup bisa terhibur dengan melantunkan kalimat-kalimat takbir bersama teman-teman. Setidaknya adanya teman di sini sebagai pengganti keluarga yang jauh di tanah air. Walaupun hanya sedikit yang hadir, namun acaranya cukup meriah dengan diiringi nada-nada ngawur hasil bebunyian alat rebana. Cukup ramai, cukup membuat suasana lebih hidup. Ya, jika biasanya di kampungku kami menabuh bedug untuk mengiringi takbir, maka di sini cukup dengan cucunya bedug, alias ketipung sederhana dan rebana yang sama-sama terbuat dari kilit binatang.

Lebaran kedua di negeri senja aku lalui dengan sepi dalam keramaian. Bukan suasana sekitar yang sepi. Teman banyak, apalagi mahasiswa indonesia di Mesir ini jumlahnya sudah ribuan. Namun hatiku yang merasa kesepian. Ahh,...untungnya itu sudah aku biasakan. Di sini aku memang ibarat yatim. Tak ada orang tua yang akan merawatku, membimbingku, mengingatkanku, dan sesekali memarahiku jika aku tersalah. Maka aku memang harus jadi diri sendiri, belajar mandiri dan mawas diri. Toh selamanya aku juga tidak akan hidup selalu berdampingan dengan orang tua. Dan untungnya di sini banyak teman yang bisa diajak saling berbagi dan saling membantu.

Kesepianku kali ini tidak begitu menyakitkan. Bahkan mungkin ini lebih baik, karena aku memang sedang membutuhkan sepi. Toh perihnya sebuah kesepian dan kesendirian itu bukan pada saat kita sedang sedih, namun justru ketika kita sedang bahagia dan senang namun tidak ada teman dan keluarga yang bisa kita ajak untuk tertawa. Dan keadaanku saat ini adalah yang mendukung aku untuk bisa berteman dengan kesendirian, kesepian.

Tapi rindu tetap rindu. Datangnya tidak bisa kita tebak dan tidak bisa kita tolak. Maka kali ini aku tetap menyimpan segudang rindu. Rindu yang kian hari semakin subur. Aku tidak menyiramnya juga tidak membakarnya. Namun justru rindu itu yang membuat aku tetap bertahan dan hidup. Aku jadikan lumbung rindu itu sebagai semangat. Rindu untuk bisa kembali ke kampung halaman, rindu pada keluarga besarku, rindu pada teman-teman kecilku, dan juga rindu pada kekasihku. Semuanya itu adalah semangatku untuk bekal perjalanan ke masa depan.
-------------
>Dear ibu dan bapakku, juga kedua adikku, Burhan Yusuf Habibi dan M. Rasyid Ridlo, semoga kalian semua sehat selalu, panjang umur, dan mendapat rizqi yang banyak dan berkah untuk bekal ibadah kepada Allah SWT.
>Dear kedua nenekku yang hingga sekarang masih diberikan sisa nafas untuk dapat selalu mendo’akan cucu-cucunya agar berhasil dalam setiap langkahnya.
>Bagi kedua kakekku yang sudah kembali ke rahmatullah, semoga arwah kelian diterima di sisi-Nya dan diberikan tempat yang mulya. Semoga amal ibadah mbah Masduq dan mbah Rasyid senantiasa mendapat ridha dan pahala dari-Nya.
>Dear seluruh keluarga besar Bani Dzurriyati di Rembang-Semarang-Cirebon dan sekitarnya yang selalu memberikan support spirituilnya.
>Dear seluruh guru yang selama ini pernah mengajarkan aku setiap ilmunya dengan penuh keikhlasan.
>Dear Teman-temanku semua dimanapun berada, khususnya teman-teman sepermainanku; dek Ipul, mbak Ida, Fatimah, mbak Ela, Kak Thoifur, Yazid, Asrofi, Ais, Said, Kak Zakin dll yang tidak bisa tersebutkan satu per satu.
>Dear Kekasihku di kotanya yang selama ini juga tak pernah lelah memberikan supportnya demi keberhasilanku sekaligus tempat berbagi senang maupun susah. Semoga kasih dan cinta-Nya senantiasa melindungi setiap langkahmu.
>Dan Special buat seluruh temen di negeri kinanah ini untuk setiap kebersamaan yang telah terjalin bagaikan satu keluarga. Semoga ikatan persahabatan kita bisa langgeng sampai akhir dunia.
>Dear seluruh temen Cyber yang mau bersilaturrahmi untuk saling berbagi pengalaman dan ilmunya.

[bagi setiap nama yang tercantum di atas, walaupun aku yakin tidak semua kalian bisa baca pesan singkat ini, namun aku yakin ikatan hati dan perasaan kita yang telah terjalin akan bisa menghantarkan ketulusan ke tempatnya. Selamat ber-Hari Raya Idul Fitri, Minal Aidin wal Faizin, Mohon maaf Lahir dan Bathin, kullu Aam wa antum thoyyibin, taqabbalallahu minna wa minkum Taqabbal ya Karim]

Baca Selanjutnya...!...
Sunday, October 22, 2006

Met Lebaran untuk semua teman dimanapun berada...!!!


karena manusia tertakdir untuk tidak panjang usia
sementara lupa adalah sifat yang melekat sejak ia ada
maka tak ayal jika tersalah dan khilaf sering menimpanya.
dan apabila berkata harus menunggu peristiwa
jika seandainya meminta maaf telah diatur waktunya
maka tiada hari yang lebih tepat untuk melakukannya selain hari ini,
hari dimana manusia yang beriman diizinkan untuk kembali menjalani ke-fithrahan-nya
dengan mengakui segala dosa kepada Tuhan Yang Maha Esa
juga meminta maaf kepada sesama, sebagai implementasi penunaian hak adami
saling menerima dan saling memberi
saling memaafkan atas segala kesalahan.

Ja'alanallahu wa iyyakum minal aidin wal faizin,
Taqabbalallahu minna wa minkum
kullu Aam wa antum bi khoir

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITHRI 1427 H
SEMOGA AMAL IBADAH KITA SELAMA BULAN SUCI RAMADHAN DITERIMA OLEH ALLAW SWT, DAN SEMOGA KITA MASIH DIBERIKAN SISA NAFAS UNTUK DAPAT MENJUMPAINYA TAHUN DEPAN DENGAN TUBUH YANG SEMAKIN SEHAT, JIWA YANG LEBIH BERSAHAJA, DAN HATI YANG BERTAMBAH TAQWA. AMIIN.





Baca Selanjutnya...!...
Friday, October 13, 2006

Catatan romadlon II
Sepuluh hari dalam dimensi maghfiroh-Mu

Masya Allah, ya ‘Aziz ya Ghoffar ...
Maha Pengampun Allah yang telah menjadikan Romadlon pada tengahnya sebagai detik-detik penghapusan untuk setiap dosa, besar maupun kecil, semuanya akan dihapuskan-Nya bagi para ‘abd-Nya yang tidak pernah bosan, tak pernah malas, tak pernah sombong dan dengan sepenuh hati menyadari segala salah dan dosa pada tiap sujudnya, di hadapan-Nya, di depan pintu-pintu-Nya.
Sesungguhnya tiada sekutu apapun bagi-Nya yang mampu menandingi sifat pema’af-Nya, hingga dalam furshoh tengah Romadlon ini Dia tidak tanggung-tanggung menumpahkan seluruh ma’af-Nya, menghapuskan setiap dosa ‘ibad al-muthi’in-Nya, hingga bersih seperti halnya ketika mereka baru lahir ke alam fana yang penuh dengan hal-hal sementara.

Astaghfirullahal ‘adhim ...
Astaghfirullahal ‘adhim ...
Astaghfirullahal ‘adhim ...

Dengan tak pernah jemu, hati ini mengucap ma’af dan memohon ampun di hadapan-Mu ya Robb...!
Dan selama sepuluh hari kemaren kami sebagai hamba dho’if menyadari sepenuh hati akan diri, jiwa yang masih setengah hati, yang belum bisa total dalam mengabdi. Dan terkadang pula kami lalai, abai terhadap setiap gejala alam tanda peringatan dan teguran-Mu, kami masih terbuai dalam kekosongan, kelinglungan, hingga kami terlempar dari ruang dzikir akan ayat-ayat-Mu yang sebenarnya dengan itu kami justru bisa tenang dan damai. Keluar dari kebingungan yang menjerumuskan. Adakah Engkau masih mengakui kami sebagai abdi-Mu, Yang akan senantiasa engkau tunjuki jalan yang lurus nan terang?

Tapi, sebagai abdi kamipun tahu bagaimana sifat Rajanya, Engkaulah Raja diatas para raja, Yang Maha segala-galanya. Engkau Maha Tahu segala apa yang ada, di langit maupun bumi. Bahkan Engkaupun tahu setiap getaran hati, niat baiknya maupun yang buruk. Dan hanya Engkau pulalah yang tahu kadar taubat setiap manusia, sekaligus Engkau sebagai hakimnya, diterima atau tidak.

Maka untuk itu Gusti,...
Kami kembalikan semua urusan hanya kepada-Mu ke mahkamah-Mu
Yang pasti kami akan selalu memohon kepada-Mu, agar Engkau bersedia menerima amal ibadah kami, sholat kami, puasa kami, tarawih kami, witir kami, tilawah kami, zakat kami, do’a kami, dan taubat kami, sehingga kami benar-benar telah melewati dimensi rahmat dan maghfiroh-Mu yang telah lalu dengan tanpa ke-sia-siaan dan penyesalan.
Astaghfirullahal ‘adhim innallaha ghofuururrohim...!

Pada level selanjutnya, kami pun akan memasuki hari-hari penyelamatan-Mu dari api neraka, pada sepuluh/sembilan hari yang terakhir. Dan dengan tak pernah bosan kami meminta taufiq dan hidayah-Mu, karena hanya dengan itulah kami bisa jalan, menapaki setiap liku kehidupan, di bawah sinaran cahaya terang-Mu, hingga kami tidak salah arah, dan tetap dalam lingkaran kebenaran.

Nastaghfirullahal ‘adhim wahdina shirothokal mustaqim ...
Tuhan… jauhkanlah kami dari jilatan api neraka yang membakar,
Selamatkanlah kami dari Jahannam yang menghancurkan.
Dan hitunglah kami dari golongan yang akan masuk sorga-Mu lewat pintu Royyan…

Baca Selanjutnya...!...

Kita Simak Sekilas Info dulu yuuk...!!!

Prince Harry and William are uncircumcised
=>Pangeran Harry dan William tidak di khitan/sunat

Queen Elisabeth I was good friends with William Shakespeare
=>Ratu Elizabeth satu berteman baik dg William shakespeare

Elvis Presley failed his music class in school
=>Elvis Presley gagal dalam pelajaran music di sekolah

Michael Jackson is black
=>Michael jacjson berkulit hitam

A blind Chamelon still changes colour to match ist environment
=>Bunglon yg buta masih bisa merubah warnanya sesuai lingkungan

A camel's back bone is just as stight as a horse's
=>Tulang belakang onta adalah lurus, selurus tulang belakang kuda

A male chimpanzee is five times hornier than the average human
=>Simpanse jantan 5 kali nafsu sex-nya dibanding rata2 manusia

A rat can last longer without water than acamel
=>Tikus sawah dapat bertahan tampa air lebih lama dari pada onta

An octopus will eat its own arms if it gets raelly hungry
=>Saat cumi2 lapar berat, dia akan memakan kakinya sendiri

Baca Selanjutnya...!...

Puasa Kaum Muslimin Salah di Sebelas Negara
Mas’ud shobari**)

Sekurang-kurangnya terdapat sebelas negara arab yang memulai puasa mereka pada hari sabtu. Mereka beranggapan bahwa hari sabtu tersebut hari pertama berpuasa, akan tetapi di sana ada pendapat ilmiah yang menetapkan bahwa melihat hilal pada malam hari sabtu adalah suatu yang mustahil. Maka, adapun permulaan ramadhan adalah hari ahad atu senin. Dan hal ini menimbulakan pertanyaan tentang posisi jutaan umat islam yang memulai puasanya pada hari sabtu. Dan apa yang menjadi pendapat mereka itu bukanlah hilal Ramadan.

Adapun hukum syariat dalam hal ini adalah, bahwa, bagi setiap orang agar berpuasa dengan apa yang ditetapkan oleh mereka bahwa hal tersebut benar. Walaupun mereka berpuasa 31 hari karena hari pertama mereka puasa salah, maka hal itu sebenarnya tidak apa-apa, dan diangkatlah kesulitan dari seseorang yang telah melakukan ijtihad dari umat.

Sedangkan dalil bahwa seseorang berpuasa bersama orang yang benar ru’yahnya. Tidak ada persoalan apapun terhadap mereka sebab kesalahan mereka sendiri, dan adapun yang benar menurut nabi, bahwasaanya beliau telah bersabda, “puasa adalah pada hari dimana kalian berpuasa, dan berbuka (hari raya) adalah pada hari dimana kalian berhari raya, dan korkorban adalah pada hari dimana kalain berkorban.

Maka dengan itulah syaikh Yusuf Qardhawi berfatwa tentang “ Sahnya puasa orang yang salah dalam menentukan awal Ramadhan dan berpuasa satu hari pada bulan Sya’ban, lalu beliau berkata, bahwa kesalahan seperti ini adalah dimaafkan. Maka apabila seorang saksi mata salah dalam persaksiannya bahwa ia telah melihat hilal pada bulan Ramadhan atupun Syawal, dan itu menyebabkan orang-orang berpuasa satu hari terkhir pada bulan Sya’ban dan berbuka satu hari terakhir bulan Ramadan, maka sesungguhnya Allah SWT. sangatlah mudah untuk mengampuni mereka atas kesalahannya”, dan Allah telah mengajarkan kepada mereka untuk berdoa, (…”ya Tuhan kami, janganlah engkau hukum kami jika kami lupa atau tersalah,…” Q.S al-Baqarah: 286,). Bahkan jika seandainya mereka salah dalam melihat hilal DzUl Hijjah, hingga mereka wuquf di Arafah pada hari kedelapan atau kesembilan, dalam kenyataan dan dalam perkara yang sama, maka haji mereka tetap sah dan diterima, seperti halnya yang pernah ditetapkan oleh Syaikhul Islam, Ibn Taimiyah dan beberapa ulama lainnya.

Imam Ibn Qayyim (rohimahullah) pernah menukil dari salah seorang Imam Hadist, Imam al-Khitabi telah berkata, “bahwa kesalahan telah diangkat atau dihapus dari manusia dari sesuatu yang bersumber dari ijtihad. Maka seandainya ada suatu kaum yang berijtihad, dan mereka belum melihat hilal kecuali setelah tanggal tiga puluh Ramadhan, dan mereka belum berhari raya sehingga mereka menyempurnakan hitungan, kemudian setelah itu mereka menetapkan bulan tersebut dua puluh sembilan hari, sedangkan sebenarnya puasa dan buka mereka adalah pada hari kemarin yang sudah berlalu, maka tidak ada dosa dan kesusahan bagi mereka.

Penafsiran ilmiah terhadap hilal di hari sabtu

Nah, selanjutkan bagaimanakah kita membuktikan letak kesalahan dari ru’yah hilal Ramadhan hari jumat?

Ir. M. Syaukat ‘Audah kepala proyek Islam bidang meteorologi menjelaskan secara ilmiah tentang munculnya hilal Ramadhan hari sabtu. Beliau menilai bahwa ru’yah hilal pada hari jumat adalah mustahil bagi seluruh negara islam, hal itu dikarenakan terbenamnya Rembulan sebelum matahari tenggelam pada hari itu. Rembulan tersembunyi di kota Makkah al-Mukarramah pada hari jumat satu menit sebelum terbenamnya matahari, di Abu Dhabi sebelum dua menit, dan di Kairo sebelum satu menit.

Beliau menambahkan bahwa tidak ada satu negarapun yang mengumumkan ru’yah hilal hari Jum’at kecuali Saudi Arabia. Dan berkaca pada letak bulan hari Jum’at di Saudi, seperti yang dikatakan Ir. Syaukat, “kita mendapati bahwa Rembulan telah tenggelam di seluruh wilayah Saudi. Dan hal inilah yang ditetapkan seluruh pakar ilmu falaq di seluruh penjuru dunia bahkan sebagian orang Saudi ada yang menetapkan atau menyatakan bahwa permulaan bulan Ramadhan adalah pada hari ahad berdasarkan ru’yah hilal.

Beliau menafsirkan bahwa apa yang telah dilihat oleh sebagian orang Saudi dari ru’yah hilal yag mereka laksanakan adalah benda angkasa dan bukanlah hilal/bulan sabit. Karena, setelah terbenamnya matahari pada hari jum’at, di langit terlihat ada tiga benda angkasa, yakni, Mars, Merkurius, dan Jupiter, sedangkan satu dari ketiga bintang ini tidak menyerupai Rembulan dan Bintang, dan planet paling dekat yang mungkin terlihat adalah Merkurius karena letaknya yang berdekatan dengan ufuk (kaki langit, horison, dan cakrawala) setelah terbenamnya matahari.

Dr. Syaukat menunjukkan bahwa kejadian seperti ini bukanlah pertama kalinya yang terdapat kesalahan di dalamnya dikarenakan penglihatan mata telanjang kita. Dan Saudi pernah berpuasa di bulan Ramadhan pada tahun 1984 hanya selama 28 hari karena salah satu saksi mata meyakini terdapat dua planet yang muncul bersamaan dengan hilal, yakni, Merkurius dan Venus.

Hamzah Qablan al-Mazini, salah seorang penulis Saudi menyampaikan bahwa lembaga-lembaga ilmiah telah menetapkan ketidakmungkinan untuk melakukan ru’yah pada hari Jum’at, hal ini seperti apa yang telah beliau tulis pada sebuah koran nasional seraya menyatakan bahwa, sejumlah ahli spesialis bidang ilmu falaq dan lainnya berpendapat bahwa hilal akan terbenam (hilang) di kawasan negara islam dan arab beberapa menit sebelum terbenamnya matahari pada tanggal 29 Sya’ban pada tahun ini, dan inilah yang ia maksud dengan kemustahilan seseorang untuk melihatnya.

Dan dari beberapa orang yang menyampaikan hakikat perhitungan ini -yang dalam ungkapannya menyatakan kebenarannya- adalah Syaikh Abdullah bin Muni’, anggota lembaga tinggi ‘ulama, dalam pernyataannya yang disiarkan oleh majalah Saudi, 9 Ramadhan 1427 Hijriah. Dan sebagaimana apa yang disampaikan oleh sejumlah spesialis dan ahli dari Saudi Arabia dan para muslimin dan sejumlah besar badan astronomi dan meteorologi juga beberapa lembaga ilmiah di seluruh penjuru dunia. Diantaranya adalah lembaga negara bidang observasi astronomi dan geografi mesir yang menguatkan bahwa sebagian besar ibu kota-ibu kota negara islam dan arab tidak dimungkinkan untuk melihat hilal Ramadhan pada sore hari ke-29 Sya’ban. Dan lembaga tersebut menerangkan dengan jelas bahwa hilal bulan Ramadhan al-Mubarak akan lahir dan muncul sebelum terbenamnya matahari di sebagian besar negara dengan periode waktu sebentar dan akan hilang beberapa menit sebelum tenggelamnya matahari yang tidak mungkin untuk melihatnya. Hal ini menunjukkan bahwa ia akan hilang sekitar dua menit sebelum tenggelamnya matahari di Madinah al-Munawarah, Portsaid, Tunis, Damaskus, Palestina, Riyadh, Kuwait, dan tiga menit sebelum tenggelam di Ankara dan empat menit di Teheran.

Sedangkan, yang mengherankan dalam hal ini, bahwa tiga orang yang mengaku bahwa mereka telah melihat hilal berkata telah melihat hilal setengah menit setelah terbenamnya matahari di Hauthoh Budair, kawasan Riyadh Saudi Arabia, padahal enam dewan ilmiah Saudi yang terdiri dari Hakim, para ulama falaq dan yang lainnya tidak bisa melihat hilal , tidak dengan mata telanjang, dan juga tidak dengan teleskop. Sementara kerajaan justru mengumumkan melihat hilal yang berdasar pada ru’yah beberapa orang yang salah dalam ru’yahnya.

Penulis mengutip, bahwa Syaikh Ibn Ustaimin Rahimahullah telah menolak untuk berpegang atau berdasar pada pernyataan saksi mata yang mengaku telah melihat hilal pada waktu yang tidak pernah diperkirakan atau diprediksikan kemunculannya diatas horison.

Dan jawaban beliau terhadap direktur badan meteorologi dan geofisika, “apabila matahari gerhana setelah terbenam dan seorang telah menduga melihat hilal di suatu negara yang telah hilang mataharinya sebelum ia gerhana, maka sesungguhnya pengakuannya ini tidak bisa diterima secara pasti, karena hilal tidak dapat dilihat dalam keadaan seperti ini. Maka orang yang menduga itu ragu apabila ia benar-benar orang yang tsiqah, dan pendusta jika ia bukan orang yang tsiqah. Dan para ulama’ telah menyebutkan sebuah kaidah yang bermanfaat dalam hal ini, bahwa “seorang yang telah mendakwa apa yang mendustakan hal-hal kasat mata, maka tidak didengar pernyataannya”, [dinukil dari Ustadz Khalid Az-za’aq, majalah al-Jazirah, 27 Sya’ban 1427].

Penyanggahan dan Ijtihad

Sedangkan Dr. Nasr Farid Washil (Mufti mesir dahulu yang juga anggota Majma’ Buhus al-Islamiyah) melihat bahwa Saudi Arabia telah menyeleweng atau mengingkari apa yang telah disepakati dari keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dalam seminar Kalender Hijriyah di Jeddah 1997. Dan benarlah apa yang telah diambil oleh Daaral Ifta’ dan beliau berkata, “bahwa apa yang telah lengkap dalam pemberitaan ru’yah hilal bulan Ramadhan tahun ini di negeri Mesir termasuk Muttafaq alaih sesuai denga ru’yah ilmiah yang pasti dan beberapa aspek syariat, maka dari sini bahwa ijtihad sebagian orang terbukti salah.

Adapun Daaral Ifta’ Mesir juga telah melaksanakan ru’yah hilal Ramadhan setelah terbenamnya matahari pada Jumat 29 Sya’ban 1427 H. yang bertepatan dengan tanggal 22 September 2006 M. Dan telah terbukti oleh mereka bahwa hasil dari ru’yah syar’iyyah dan perhitungan-perhitungan ilmiah adalah tidak adanya ketetapan hilal bulan Ramadhan tahun 1427.

Kesalahan semacam ini menimbulkan problem seputar ru’yah hilal dengan mata telanjang. Dan keberadaan satu saksi saja -untuk dapat berpuasa dengan ru’yah tersebut berjuta-juta manusia-, maka di sana terdapat sebuah ijtihad dari Syaikh Muhsin al-Abikan, Penasehat Menteri Keadilan Saudi Arabia, beliau berpendapat, bahwa yang diambil adalah yang berdasar pada riset penelitian ilmiah dan meninggalkan ru’yah dengan mata telanjang, seperti apa yang beliau tulis dalam koran “Arab News” Saudi Arabia dan seperti apa yang telah beliau sampaikan di Televisi Saudi chanel 2.

Beliau melihat bahwa hadist-hadist yang ada tidak menggariskan kewajiban menggunakan metode ru’yah dengan mata telanjang. Dan menempuh ru’yah dengan mata telanjang terhitung sebagai suatu cara yang primitif pada masa perkembangan ilmu dan teknologi. Dan tidaklah diantara Islam dan ilmu terdapat pertentangan sebagaimana dalam agama Masihi yang terdapat kontradiksi antara keduanya pada masa-masa pertengahan.

Abikan berpendapat, menolak ru’yah dengan mata telanjang dengan berkata, ”tidak terhitung secara logika akan kesempurnaan penentuan permulaan bulan Ramadhan melalui bentuk taqlid yang bergerak dengan mengirimkan dua orang ke Sahara guna meneliti dan melihat hilal, sehingga berakibat bahwa puasa jutaan umat islam adalah mengikuti apa yang disampaikan oleh dua orang tadi, dan atas tanggung jawab individu mereka, pada suatu masa yang di dalamnya bisa kita temukan dengan mudah untuk melihat hilal melalui alat-alat teropong dan satelit-satelit buatan tanpa ada kesalahan sedikitpun”.

Di sela-sela munculnya pergesekan kekacauan antara ru’yah mata telanjang dan perhitungan astronomi, Ir. ‘Audah berpendapat –dalam makalahnya yang berjudul “Hilal Ramadhan Antara Hisab Falaki dan Ru’yah”- bahwasanya dalam hal ini harus ada sebuah pemahaman Hadits yang benar, dan supaya kita menentukan atau mendefinisikan apakah yang dimaksud dengan ru’yah yang terdapat dalam Hadits. Maka bagaimana mungkin kita terima pernyataan/kesaksian satu orang, sementara ilmu pasti menyatakan tidak adanya kemunculan hilal? Karena manusia mungkin saja telah melihat benda lain. Dan di dalam hal ini tidak ada perselisihan terhadap Hadits, sebagaimana pada saat yang sama tidak mungking diterima apa yang dituntutkan sebagian ahli falak tentang penyandaran permulaan bulan hanya dengan terjadinya konjungsi (semakin mengecilnya bulan atau munculnya hilal) sebelum terbenamnya matahari. Dan ini adalah penyelewengan yang jelas terhadap perintah Allah yang menghubungkan/mengaitkan waktu-waktu tertentu kaum muslimin dengan Hilal dan bukan dengan semakin mengecilnya bulan (konjungsi / pertalian atau lahirnya hilal).
Adapun sikap yang benar disini adalah menggabungkan atau mengelaborasikan antara ru’yah dengan mata telanjang dan penyandaran terhadap perhitungan-perhitungan ilmu falak.[Wallahu a’lam]

**) peneliti bidang Syari’at pada Fakultas Daar al-Ulum dan bidang keislaman di Islam-Online.
(Terjemah dan harmonisasi oleh, M. Luthfi al-Anshori)

Baca Selanjutnya...!...
Monday, October 09, 2006

Ilmu dan hati

Seperti yang telah kita ketahui bersama, bahwa adhesi adalah daya tarik antara dua benda yang berbeda jenis, contohnya adalah seperti kapur dan papan tulis. Karena adanya adhesi tadi maka kapur bisa kita gunakan untuk menulis pada papan tulis karena dia bisa melekat pada permukaannya. Dan hasilnya, itu tergantung pada yang memegang kapur tadi, apakah berupa gambar yang indah, berderet tulisan yang penuh makna, ato bahkan Cuma Cuma berbentuk coretan-coretan yang sunyi arti.

Jika papan tulis tersebut dalam keadaan bersih, maka kita akan mendapatkan kemudahan dalam menulis, kerena keduanya dalam keadaan bersih( yaitu antara kapur dan papan tulisnya bersih). Namun apabila papan tulis itu mulai berdebu dan kotor akibat hempasan angin yang membawa butiran-butiran molekul debu ato yang lainnya, dan ditambah lagi dengan keadaan kapur yang sudah tidak shohih lagi (bercampur kerikil misalnya), maka kita akan mendapatkan kesulitan dalam menulis. Dan yang dihasilkan justru bunyi yang menyayat hati ketika usaha penulisan itu dipaksakan...

Selanjutnya, apabila papan tulis tersebut semakin berdebu, hari demi hari selalu bertambah tebal permukaannya hingga mengeras dan membatu lagi, maka usaha penulisan akan kembali menjadi mudah. Tapi tentu saja hasilnya tidak bisa seperti pada keadaan pertama (ketika keduanya sama-sama dalam keadaan bersih).

Contoh lain dari Adhesi ani adalah ilmu dan hati. Seperti halnya kapur dan papan tulis, ilmu dan hati juga mempunya semacam daya tarik. Ilmu akan mudah digoreskan dalam hati apabila hati tersebut dalam keadaan bersih, salim, shohih. Namun sebaliknya, apabila hati tersebut dalam keadaan kotor akibat tertutup noktah-noktah buah dari kemaksiatan, maka rasanya ilmu itupun akan enggan melekat dalam hati.

Hal inilah yang senada juga kita temukan dalam syakwanya Imam Syafi’I kepada gurunya Syeh Waqi’ perihal susahnya dalam hal hafalan. Maka beliaupun memberikan isyarat bahwa penyebabnya adalah maksiat. Ilmu Allah itu adalah cahaya ato "Nur", yang mana cahaya tersebut tidak akan di sinarkan kepada para pendosa, cahaya tidak akan pernah bersatu dengan maksiat.

Dari jawaban Syeikh Waqi’ tersebut dapat kita simpulkan bahwa debu penghalang tadi adalah maksiat. Namun demikian, beberapa kalangan ada juga yang meragukannya. Pasalnya, jika kita menengok pada kenyataan bahwa, tidak sedikit orang yang mampu menghafal Al-Qur’an sementara ia sangat benci dan dendam kepadanya, suatu contoh yaitu Snouck Hurgronje dan beberapa orientalis barat yang lain. Mereka bukan hanya hafal Al-Qur’an, bahkan mereka telah mampu mendalami khazanah-khazanah ilmu keislaman yang lain. Dengan hujjah ini, kita pun terusik untuk menela’ah lebih jauh lagi, betulkah dosa mampu menjadi debu bagi hati? Hingga ilmu yang akan digoreskan kepadanya terhalang.

Untuk melacak akar masalah ini, marilah kita menilik sebuah hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim mengenai hakikat dosa. Nabi SAW bersabda:"Dosa adalah apa-apa(suatu perbuatan) yang selalu menimbulkan keresahan dihati, yang menimbulkan perasaan tidak enak jika perbuatan itu dilihat orang".(HR.Muslim).

Intinya, dosa adalah perbuatan yang selalu menimbulkan keresahan di hati. Dan jelas keresahan inilah yang akan mengganggu proses belajar-mengajar. Jika demikian berarti teori Syeikh Waqi’ tadi benar. Tapi bagaimana jika dalam mengerjakan kemaksiatan seseorang tidak merasakan gundah? Apakah perbuatannya tersebut tidak masuk dalam kategori perbuatan dosa? Tidak. Tentu kita masih ingat tentang debu yang sudah membatu tadi, dosa itu seperti debu yang sudah membatu, karena terlalu banyak, terus bertumpuk, dikerjakan berulang-ulang sehingga akhirnya membeku menjadi batu dan berkarat. Wajar dalam kondisi seperti ini secara sepintas proses belajar-mengajar seakan normal dan biasa-biasa saja. Dikatakan sepintas disini karena kenyataannya ilmu tadi melekat pada permukaan tumpukan dosa yang membatu, bukan pada hati. Wajar pula jika yang dipahami, yang dihafal, dan yang dipelajari sama sekali tidak mempunyai pengaruh(atsar) dalam kehidupan sehari-hari.

Maka lain lagi halnya dengan orang yang hatinya bersih. Orang-orang yang keimanannya tidak terkontaminasi dengan berbagai dosa, maka apa yang dipelajarinya akan membawanya pda keimanan yang lebih matang. Bukan hanya pada saat ia telah ilmu itu telah melekat di hati, namun ketika pertama kali mendengarkannya,(Baca QS. Al-Anfal ayat: 2).
wallahu a'lam bis showab...
wassalam............

Baca Selanjutnya...!...

Hanya sebuah ingin

Terkadang ada ingin terbersit dalam angan
Sekedar menatapmu tanpa penghalang
Dan tidak harus ngantri berjejal mata menunggu giliran
Lalu ku simpan bayangan dalam kelopak
Untuk dapat menggenggammu dalam ikatan

Itu hanyalah egoku sesaat
Yang luput dari bias cinta murni
Karena setelah ada perenungan
Tentu ingin tadi akan tenggelam
Di antara dedaunan yang berguguran
Dihempas angin nurani dan tahu diri

Apalagi manusia,
Bahkan burungpun akan merasa tak senang
Jika dikurung dalam sangkar.
Tentu ia takkan leluasa mengepakkan sayapnya
Seperti ketika ia bebas di alam raya
Kemampuannya untuk terbang akan hilang
Akibat hanya diam
Berserah nasib kepada tuan.

Memang,...
Kebebasan adalah hak setiap insan
Dan bukan berarti itu tanpa kendali
Kontrol diri harus senantiasa mengiringi
Agar tak salah mengarungi
Alam kebebasan terkadang menjerumuskan!

Maka untuk saat ini,
akan kusimpan saja ingin itu
dalam almari pengertian.
Agar melebur
Menjadi abu
Lalu kubungkus dalam kuali penantian
Kutitipkan aliran sungai pengharapan
Walau entah sampai kapan
Semoga saja ia sampai pada titik pertemuan
Dimana abu penantianku terdampar di halaman kasihmu.
Dan jika tidak,
Maka ia pun akan tetap bebas
Mendampingi deru air yang mengalir
Menuju terminal akhir
Dan samudra itu,
Sungguh lebih luas dan meleluasakannya.☺
[el-Madrasah_Cairo, 2 syawal 1426 H]

Baca Selanjutnya...!...
Friday, October 06, 2006

ANTARA ILMU dan AIR

Laksana air, ilmupun sepertinya.
Jika kita tahu bahwa air itu mengalir,
Maka rasanya tidak terlalu berlebihan jika kita katakan ilmu juga mengalir.
Air akan mengalir menelusuri kawasan atau permukaan yang lebih rendah, semakin rendah posisi tanah maka air akan mengalir dengan tekanan yang lebih deras pula.
Cobalah sesekali kita melihat pemandangan air terjun, selain indah dipandang mata ia juga memberikan gambaran kepada kita betapa air mengalir begitu derasnya ke bawah, karena jarak antara permukaan awal ia mengalir dan perjatuhannya kebawah itu cukup jauh kedasar.

Dan ilmu, sebagaimana air, ia ditransformasikan dan dialirkan oleh sang guru kepada para muridnya. Apabila proses pengaliran itu pada level atau tataran yang sama (di sini bukan berarti bahwa keilmuan yang dimiliki oleh sang guru sama dengan muridnya, tapi lebih kepada kesombongan sang murid yang tinggi sehingga ia merasa sudah pintar) maka ilmu itu akan tersendat bahkan mungkin sampai pada posisi beku dan tidak bisa mengalir. Akan tetapi, apabila ilmu itu dialirkan dari guru yang notabene capable dalam keilmuannya kepada murid yang rendah diri dan merasa fakir akan ilmu, maka ilmu itu akan pula dapat mengalir lebih deras bahkan bisa sangat deras lalu mengendap dan ditampung oleh dasar hati dan otak.

Maka salah satu 'ibroh yang dapat dipetik dari analogi di atas adalah pembinaan dan pembelajaran sikap tawadhu' agar dapat dipahami sekaigus diterapkan dalam tataran praksis oleh para murid(tholibul 'ilmi) kepada para guru atawa masyayikhnya.
Sungguh yang patut menjadi poin bahan pemikiran akhir-akhir ini adalah mulai lunturnya sikap tawadhu' di kalangan para murid. Dan karenanya proses transformasi ilmu dapat terhambat. Hal ini tidak pula benar jika diterjemahkan dalam koridor kebekuan atau ketidakkritisan para murid terhadap guru dalam konteks kemeluluan sami'na wa atho'na. Tapi lebih condong pada ke'arifan jiwa yang sadar bahwa, kita ini sesungguhnya benar-benar fakir dibawah keluasan ilmu_Nya yang meliputi langit dan bumi.
Dengan demikian, sikap yang akan tercipta dari bias cahaya ke'arifan jiwa dan kerendahan hati tadi adalah sikap penghormatan yang setinggi-tingginya kepada para shohibul 'ilmi, tanpa meremehkan sekecil apapun ilmu yang ia miliki(karena ilmu itupun semuanya berasal dari Allah)ditambah lagi perasaan sadar atas segala keterbatasan dan kekurangan yang muncul setelah proses belajar dan pembelajaran. Semakin dalam ilmu digali maka ia akan menunjuki si penggali bahwa sesungguhnya ia masih sangat dalam dan masih butuh seumur dunia bahkan akherat untuk dapat menyelesaikan galian itu(karena ilmu Allah memang maha luas dan meliputi). Itulah makanya Rosulullah SAW memerintahkan umatnya untuk menuntut ilmu mulai ia kecil hingga tua dan mati. Wallahu yahdi ila sawa'is sabil...☺

_Ku tulis catatan singkat ini dengan harapan dapat menjadi pengingat sekaligus bahan evaluasi bagi jiwa yang tak kunjung bersahaja, dan bagi hati yang ingin selalu berbagi. Semoga bermanfa'at dan menjadi pelajaran bagiku, bagimu, dan bagi mereka semua..._(M. Luthfi Al_anshori)
6 Nopember 2005.

Baca Selanjutnya...!...
Tuesday, October 03, 2006


Catatan awal (sebuah pengakuan dan do'a)
SEPULUH HARI DALAM DIMENSI RAHMAT-MU


Tuhan, …
Baru saja kemaren aku melewati tahap awal dari sebuah dimensi ruang dan waktu, dimana telah Kau buka pintu 'arasy-Mu, lalu pada waktu yang sama Kau turunkan salju rahmat-Mu, dengan begitu derasnya.
Tapi sungguh tak disangka, di mana-mana masih banyak pula para hamba yang acuh tak memperdulikannya, bahkan mungkin termasuk aku.
Aku ini serasa masih tak pantas menjadi hamba-Mu, namun kemana lagi aku mencari tuan, sungguh tak ada yang lebih pantas dari-Mu untuk aku jadikan sesembahan sekaligus labuhan harapan.
Bagaimana bisa aku termasuk hamba yang syakur,… sementara aku terus menikmati berbagai macam bentuk karunia-Mu, tapi aku belum bisa mensyukurinya.

Sementara pula aku terus mengharap rahmat-Mu, tapi aku masih enggan dan malas untuk mengetuk pintu-Mu, mendatangi rumah-Mu.
Dan sementara aku masih butuh bernaung di bawah langit-Mu, tapi aku pun masih belum mampu meninggalkan perbuatan maksiat kepada-Mu. Kakiku, masih membutuhkan hamparan bumi-Mu untuk pijakan langkahku.

Aku akui dengan segenap hati, aku tak mungkin bisa hidup tanpa rizqi dari-Mu, aku tak mungkin bisa mengelak dari naungan langit-Mu, aku tak mungkin lepas dari penglihatan-Mu. Aku dho'if di hadapan-Mu. Maka untuk itu Ya Robb,….
jangan engkau tinggalkan aku dari kasih sayang-Mu,
janganlah Engkau putuskan aku dari rizqi-Mu,
jangan Engkau jauhkan aku dari bimbingan petunjuk-Mu,
jangan pula Engkau usir aku pergi dari kolom langit_Mu. Sungguh aku tak mampu. Dan aku hanya akan menjadi sampah tanpa ilmu-Mu. Ya Rabb….rengkuhlah aku selalu dalam cinta kasih-Mu!

Sekali lagi aku yakin, bahwa "Aura Rahmat-Mu itu lebih dahsyat dari maksiatku, lebih besar dari malasku, sehingga paling tidak, sedikit demi sedikit pancaran cahya-Mu itu telah menerobos masuk ke setiap relung hatiku yang beku. Dan kali ini, lelehan hati itupun menjelma menjadi butiran-butiran kecil air mata, yang ku harapkan mampu membasahi seluruh anggota tubuh yang ada di bawahnya, supaya ikut merasa, menyadarkan semuanya".

Dan esok, tahap dimensi baru-Mu hendak Kau buka, dan ini tentu lebih agung dari sebelumnya. Pintu maghfiroh-Mu hendak Kau buka, dan untuk kesekian kalinya Kau tawarkan pada setiap hamba. Akankah aku dan mereka akan berlomba untuk mengetuk dan permisi meminta masuk, atau mereka akan membiarkannya kosong tanpa ada nama tertera di papan pintu-Nya, atas nama para"mustaghfirin"??? Semoga kita semua senantiasa mendapatkan rahmat kasih sayang-Nya, sebagai bekal untuk meraih Maghfirah-Nya juga penyelamatan-Nya dari api neraka...Amiin. Wallahu a'alam...
Gerbangtiga, 10 romadhon 1427 H

Baca Selanjutnya...!...
Sunday, October 01, 2006

Kabar dari Bulan

MISTERI TERBELAHNYA BULAN

SUBHANALLAH...
MAHA BESAR ALLAH ATAS SEMUA CIPTAANNYA

Allah berfirman: "Sungguh telah dekat hari qiamat, dan bulan pun telah terbelah" (Q.S. Al-Qamar: 1)"

Dalam temu wicara di televisi bersama pakar Geologi Muslim, Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar, salah seorang warga Inggris mengajukan pertanyaan kepadanya, apakah ayat dari surat Al-Qamar di atas memiliki kandungan mukjizat secara ilmiah ?
Maka Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar menjawabnya sebagai berikut:"Tentang ayat ini, saya akan menceritakan sebuah kisah. Sejak beberapa waktu lalu, saya mempresentasikan di Univ.Cardif, Inggris bagian barat, dan para peserta yang hadir bermacam-macam, ada yang muslim dan ada juga yang bukan muslim. Salah satu tema diskusi waktu itu adalah seputar mukjizat ilmiah dari Al-Qur'an. Salah seorang pemuda yang beragama muslim pun berdiri dan bertanya, "Wahai Tuan, apakah menurut anda ayat yang berbunyi "Telah dekat hari qiamat dan bulan pun telah terbelah" mengandung mukjizat secara ilmiah ?" Maka saya menjawabnya:"Tidak, sebab kehebatan ilmiah diterangkan oleh ilmu pengetahuan, sedangkan mukjizat tidak bisa diterangkan ilmu pengetahuan, sebab ia tidak bisa menjangkaunya. Dan tentang terbelahnya bulan, maka itu adalah mukjizat yang terjadi pada Rasul terakhir Muhammad shallallahu'alaihi
wassalam sebagai pembenaran atas kenabian dan kerasulannya, sebagaimana nabi-nabi sebelumnya.

Dan mukjizat yang kelihatan, maka itu disaksikan dan dibenarkan oleh setiap orang yang melihatnya. Andai hal itu tidak termaktub di dalam kitab Allah dan hadits-hadits Rasulullah, maka tentulah kami para muslimin di zaman ini tidak akan mengimani hal itu. Akan tetapi hal itu memang benar termaktub di dalam Al-Qur'an dan sunnah-sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. Dan memang Allah Ta'alaa benar-benar Maha berkuasa atas segala sesuatu.

Maka Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar pun mengutip sebuah kisah Rasulullah membelah bulan. Kisah itu adalah sebelum hijrah dari Mekah Mukarramah ke Madinah. Orang-orang musyrik berkata, "Wahai Muhammad, kalau engkau benar Nabi dan Rasul, coba tunjukkan kepada kami satu kehebatan yang bisa membuktikan kenabian dan kerasulanmu (mengejek dan mengolok-olok)?"
Rasulullah bertanya, "Apa yang kalian inginkan ?" Mereka menjawab: "Coba belahlah bulan, ..."
Maka Rasulullah pun berdiri dan terdiam, lalu berdoa kepada Allah agar menolongnya. Maka Allah memberitahu Muhammad agar mengarahkan telunjuknya ke bulan. Maka Rasulullah pun mengarahkan telunjuknya ke bulan, dan terbelahlah bulan itu dengan sebenar-benarnya. Maka serta-merta orang-orang musyrik pun berujar, "Muhammad, engkau benar-benar telah menyihir kami!" Akan tetapi para ahli mengatakan bahwa sihir, memang benar bisa saja "menyihir"orang yang ada disampingnya akan tetapi tidak bisa menyihir orang yang tidak ada ditempat itu. Maka mereka pun pada menunggu orang-orang yang akan pulang dari perjalanan. Maka orang-orang Quraisy pun bergegas menuju keluar batas kota Mekkah menanti orang yang baru pulang dari perjalanan. Dan ketika datang rombongan yang pertama kali dari perjalanan menuju Mekkah, maka orang-orang musyrik pun bertanya, "Apakah kalian melihat sesuatu yang aneh dengan bulan?"
Mereka menjawab, "Ya, benar. Pada suatu malam yang lalu kami melihat bulan terbelah menjadi dua dan saling menjauh masing-masingnya kemudian bersatu kembali...!! !"

Maka sebagian mereka pun beriman, dan sebagian lainnya lagi tetap kafir (ingkar). Oleh karena itu, Allah menurunkan ayat-Nya: Sungguh, telah dekat hari qiamat, dan telah terbelah bulan, dan ketika melihat tanda-tanda kebesaran Kami, merekapun ingkar lagi berpaling seraya berkata, "Ini adalah sihir yang terus-menerus", dan mereka mendustakannya, bahkan mengikuti hawa nafsu mereka. Dan setiap urusan benar-benar telah tetap .......sampai akhir surat Al-Qamar.
Ini adalah kisah nyata, demikian kata Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar. Dan setelah selesainya Prof. Dr. Zaghlul menyampaikan hadits nabi tersebut, berdiri seorang muslim warga Inggris dan memperkenalkan diri seraya berkata, "Aku Daud Musa Pitkhok, ketua Al-Hizb Al-Islamy Inggris. Wahai tuan, bolehkah aku menambahkan?"

Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar menjawab: "Dipersilahkan dengan senang hati." Dan Daud Musa Pitkhok berkata, "Aku pernah meneliti agama-agama (sebelum menjadi muslim), maka salah seorang mahasiswa muslim menunjukiku sebuah terjemah makna-makna Al-Qur'an yang mulia. Maka, aku pun berterima kasih kepadanya dan aku membawa terjemah itu pulang ke rumah. Dan ketika aku membuka-buka terjemahan Al-Qur'an itu di rumah, maka surat yang pertama aku buka ternyata Al-Qamar. Dan aku pun membacanya: "Telah dekat hari qiamat dan bulan pun telah terbelah......." Maka aku pun bergumam: Apakah kalimat ini masuk akal?? Apakah mungkin bulan bisa terbelah kemudian bersatu kembali?? Andai benar, kekuatan macam apa yang bisa melakukan hal itu???

Maka, aku pun menghentikan dari membaca ayat-ayat selanjutnya dan aku menyibukkan diri dengan urusan kehidupan sehari-hari. Akan tetapi Allah Yang Maha Tahu tentang tingkat keikhlasam hamba-Nya dalam pencarian kebenaran. Maka aku pun suatu hari duduk di depan televisi Inggris. Saat itu ada sebuah diskusi di antara presenter seorang Inggris dan 3 orang pakar ruang angkasa AS. Ketiga pakar antariksa tersebut pun menceritak an tentang dana yang begitu besar dalam rangka melakukan perjalanan ke antariksa. Dan diantara diskusi tersebut adalah tentang turunnya astronot menjejakkan kakiknya di bulan, dimana perjalanan antariksa ke bulan tersebut telah menghabiskan dana tidak kurang dari100 juta dollar. Mendengar hal itu, presenter terperangah kaget dan berkata, "Kebodohan macam apalagi ini, dana begitu besar dibuang oleh AS hanya untuk bisa mendarat di bulan?" Mereka pun menjawab, "Tidak, ..!!! Tujuannya tidak semata menancapkan ilmu pengetahuan AS di bulan, akan tetapi kami mempelajari kandungan yang ada di dalam bulan itu sendiri, maka kami pun; telah mendapat hakikat tentang bulan itu, yang jika kita berikan dana lebih dari 100 juta dollar untuk kesenangan manusia, maka kami tidak akan memberikan dana itu kepada siapapun.
Maka presenter itu pun bertanya, "Hakikat apa yang kalian telah capai sehingga demikian mahal taruhannya?" Mereka menjawab, "Ternyata bulan pernah mengalami pembelahan di suatu hari dahulu kala, kemudian menyatu kembali.!!!
Presenter pun bertanya, "Bagaimana kalian bisa yakin akan hal itu?" Mereka menjawab, "Kami mendapati secara pasti dari batuan-batuan yang terpisah terpotong di permukaan bulan sampai di dalam (perut) bulan. Maka kami pun meminta para pakar geologi untuk menelit inya, dan mereka mengatakan, "Hal ini tidak mungkin telah terjadi kecuali jika memang bulan pernah terbelah lalu bersatu kembali".

Mendengar paparan itu, ketua Al-Hizb Al-Islamy Inggris mengatakan, "Maka aku pun turun dari kursi dan berkata, "Mukjizat (kehebatan) benar-benar telah terjadi pada diri Muhammad sallallahu alaihi wassallam 1400-an tahun yang lalu. Allah benar-benar telah mengolok-olok AS untuk mengeluarkan dana yang begitu besar, 100 juta dollar lebih, hanya untuk menetapkan akan kebenaran muslimin !!!!

Maka, agama Islam ini tidak mungkin salah ... (aku pun bergumam), "Maka, aku pun membuka kembali Mushhaf Al-Qur'an dan aku baca surat Al-Qamar, dan ... saat itu adalah awal aku menerima dan masuk Islam. Wallahu a'lam...!!!
Diterjemahkan oleh: Abu Muhammad ibn Shadiq

(dikutib dari sebuah message yang telah tersebar luas di bergai millist yang ada di dunia maya)



Baca Selanjutnya...!...